Keteladanan Lahir Dari Diri dan Menjadi Tauladan Bagi Orang Lain
Palembang (04/09) Balai Diklat Keagamaan Palembang melaksanakan Apel pagi yang dihadiri oleh Kasubbag Tata Usaha dan Koordinator Widyaiswara beserta Widyaiswara Ahli Utama BDK Palembang.
Susunan petugas Apel pada pagi ini yakni pembina Apel, Dr. H. Syarif Husain, S,Ag., M.Si. Pemimpin Apel Indra Hidayatullah, SE, dan MC Rati Fitriani, SE.
Pagi ini Syarif mengangkat tema tentang Keteladanan, ia berkata bahwa "keteladanan lahir dari dalam diri kita masing masing, keteladanan yang sifatnya bisa diangkat dan dijadikan contoh tauladan oleh orang lain."
Ia mengutip pemahaman dari Syekh Abdul Qadir Al-Jailani, mengatakan bahwa keteladanan akan muncul jika ada 4 potensi dasar dari dalam diri.
"Pertama Getaran kalbu nafsani. Yaitu Getaran yang lahir dari dalam, tapi banyak faktor dari luar sehingga membuatnya menjadi riya ingin dilihat orang, sum’ah ingin dibesar-besarkan orang. Getaran hati ini tidak boleh di ikuti dan di tauladani. Kedua Getaran kalbu Ruhani yaitu Getaran dari dalam (Ruhi). Ketauladanan yang didorong dari Rohani, tidak pernah ditipu oleh pandangan lahir dan ini ketauladan yang harus diikuti.
Ketiga Getaran kalbu ikhtiari yaitu Bergerak, berpindah, berusaha dan bekerja senantiasa menampilkan dan mengarahkan kepada kebaikan, ada nilai yang patut diteladani dan yang terakhir Getaran kalbu idhtirari yaitu gerakan yang bersifat memaksa atau terpaksa. Manusia senantiasa melakukan kebaikan , tetapi ada faktor dari luar yang memaksa untuk membuat menjadi keburukan"
Syarif menambahkan pengertian keteladanan menurut Imam Al-ghazali, yaitu "keteladanan itu lahir dari dalam, manusia memiliki 4 golongan, apa saja itu ? pertama, Rojulun Yadri wa Yadri Annahu Yadri (Seseorang yang Tahu (berilmu), dan dia Tahu kalau dirinya Tahu), kedua, Rojulun Yadri wa Laa Yadri Annahu Yadri (Seseorang yang Tahu (berilmu), tapi dia Tidak Tahu kalau dirinya Tahu), Ketiga, Rojulun Laa Yadri wa Yadri Annahu Laa Yadri (orang yang tidak tahu dan mengetahui bahwa ia tidak tahu), dan terakhir yang keempat, Rojulun Laa Yadri wa Laa Yadri Annahu Laa Yadri (orang yang tidak tahu dan tidak mengetahui bahwa ia tidak tahu)."
"ini bukan perintah, bukanlah juga instruksi, tetapi ini hanyalah nasihat." Tutupnya dalam amanat pagi ini.
Apel ditutup dengan pembacaan doa dari Riduwan, S.Ag, M.Pd.I, dan bersalam-salaman antar pegawai. (dom)