Miskiah Ikuti Pelatihan Sebagai Tahap Akhir sebagai Calon Instruktur Nasional Program PKB GTK Madrasah
TANGERANG (8/6) - Selasa (8/6) lalu merupakan hari kelima pelatihan bagi Calon Instruktur Nasional Program PKB GTK Madrasah. Kegiatan ini diadakan di dua tempat berbeda, yaitu di Hotel Grand Soll Marina Tangerang untuk tingkat Aliyah, serta di Hotel Allium Tangerang untuk tingkat MTs dan MI. Kegiatan ini dibuka secara serentak pada 04 Juni lalu oleh Dirjen Pendis Kemenag RI, Prof. Dr. H. M. Ali dan Direktur GTK Madrasah, Dr. Muhammad Zain, S.Ag., M.Ag yang dipusatkan di Hotel Grand Soll Marina.
Dalam sambutannya beliau menyampaikan bahwa peserta didik kita adalah generasi Z yang friendly dengan gawai yang umumnya terkonekso dengan internet (IoT). Mereka juga belajar dan tumbuh dengan caranya sendiri (search of identity), sehingga guru dan tenaga kependidikan, kepala madrasah, pengawas, praktisi pendidikan harus bekerja secara extraordinary serta familiar dengan budaya digital, big data, computational thinking, blended learning, Google Classroom, Instagram, Facebook , Tiktok, dll.
Pelatihan ini diikuti oleh 255 peserta pelatihan, di antaranya adalah Miskiah, widyaiswara asal BDK Palembang yang terpilih sebagai instruktur nasional. Instruktur nasional merupakan para penulis modul, tim pengembang PKB Guru dan para pakar pendidikan yang direkrut untuk menjadi pelatih fasilitator provinsi. Untuk mengikuti pelatihan ini, tentunya ia harus melalui proses seleksi terlebih dahulu yang telah dilaksanakan dari bulan Maret sampai dengan awal April lalu, dan bidang yang diikutinya adalah PKB untuk Bahasa Inggris tingkat MTs.
Selain Miskiah juga terdapat 23 orang widyaiswara lainnya yang berasal dari Pusdiklat dan beberapa BDK se-Indonesia seperti BDK Aceh, BDK Medan, BDK Padang, BDK Bandung, BDK Semarang, BDK Surabaya dan BDK Denpasar. Masing-masing widyaiswara memiliki bidang yang berbeda sesuai dengan spesialisasinya.
Dalam pelatihan tersebut, selain diberikan pembekalan sesuai dengan materi substantifnya, mereka juga dibekali materi dengan materi pendukung lainnya, diantaranya mengenai Moderasi Beragama, Pembelajaran Aktif, Computational Thinking, Gender, Disabilitas, dan Inklusi Sosial (GEDSI) serta Sistem ME dan Penjaminan Mutu.
Dengan demikian, diharapkan para guru tidak hanya mendidik dan membentuk karakter (akhlak) baik siswa, tetapi juga membuat siswa ketagihan dalam belajar dan sadar literasi. Literasi dalam artian membaca, literasi numerasi, literasi sains, literasi sosial-budaya, literasi digital dan literasi agama. Siswa memerlukan guru kreatif yang berpikir out of the box, guru hebat yang memiliki passion dan empati, guru inspiratif yang mengajar dengan cinta. Sebab, mengutip perkataan J.W. Von Goethe, kita hanya bisa belajar dari orang yang kita cintai.
Puncak dari seluruh rangkaian pelatihan digelar pada Selasa (8/6) lalu, ditutup dengan ujian akhir (post test) sebagai penentu apakah mereka akan lulus sebagai instruktur nasional sesuai dengan bidang masing-masing. Salah satu widyaiswara dari Semarang yaitu Hj. Amiroh Ambarwati menyampaikan bahwa tahap akhir ini merupakan momentum bagi proses yang telah dilewati sebelumnya. Apabila kami lulus dalam seleksi calon instruktur nasional maka tentunya kami dapat melaksanakan tugas kami dalam menyampaikan ilmu kepada para fasilitator provinsi dan dilanjutkan ke fasilitator daerah.