Pendidikan dan Moderasi Beragama Kunci Mewujudkan Masyarakat Cerdas dan Unggul
Palembang (14/11) – Sekretaris Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI, Prof. Dr. M. Arskal Salim GP, M.Ag, memberikan materi Pembangunan Bidang Agama dalam Pelatihan Jarak Jauh (PJJ) yang diselenggarakan oleh Balai Diklat Keagamaan (BDK) Palembang, Kamis (14/11/2024). Pelatihan ini dilakukan secara daring melalui platform Zoom Meeting.
Pelatihan yang digelar terdiri dari 3 Pelatihan yaitu PJJ Penasihatan, Pembinaan, dan Pelestarian Perkawinan Angkatan 3, PJJ Media Penyuluhan Berbasis TIK Angkatan 2, dan Pelatihan Kerukunan Umat Beragama Angkatan 2.
Prof. Arskal Salim mengatakan pentingnya materi pembangunan bidang agama sebagai bagian dari pelatihan teknis yang diwajibkan di seluruh balai diklat kementerian agama, baik di pusat maupun daerah.
Menurut Arskal, Kemenag memiliki tanggung jawab yang sangat luas, dengan lebih dari 4000 unit kerja yang tersebar di seluruh Indonesia, mulai dari kantor pusat, perguruan tinggi, hingga kemenag di setiap daerah. Oleh karena itu, setiap materi pelatihan harus relevan dengan misi kementerian yang bertujuan untuk memberikan layanan terbaik kepada masyarakat.
“Visi Kementerian Agama periode 2020-2024 akan segera direvisi untuk menyesuaikan dengan kepemimpinan baru pada tahun depan. Misi dari kepemimpinan yang baru adalah memberikan layanan yang cepat, profesional, dan didukung oleh Aparatur Sipil Negara (ASN) yang kompeten. Ini bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang sholeh, moderat, cerdas, dan unggul,” kata Arskal dalam paparannya.
Ia juga menjelaskan bahwa masyarakat yang sholeh adalah masyarakat yang menjalankan ibadah sesuai keyakinannya, sementara masyarakat yang moderat adalah masyarakat yang dapat berinteraksi dengan baik meskipun memiliki perbedaan agama, suku, dan budaya.
“Pendidikan memiliki peran penting dalam menciptakan masyarakat yang unggul, dan ini menjadi tanggung jawab para widyaiswara, dosen, serta tenaga pengajar lainnya,” jelasnya.
Lebih lanjut, Arskal mengungkapkan bahwa Generasi Z (gen Z) menjadi sasaran utama dari program-program pembangunan tersebut. Gen Z yang kini mendominasi masyarakat Indonesia memiliki karakteristik yang berbeda dibandingkan generasi sebelumnya, seperti lebih aktif menggunakan internet, peduli dengan isu sosial dan lingkungan, serta lebih memilih cara komunikasi visual dibandingkan narasi teks.
Arskal menyebutkan enam perilaku khas Gen Z di Indonesia:
1. Internetholic: Terbiasa menggunakan internet sejak dini.
2. Kunci Sukses: Memiliki rasa ingin tahu (curiosity) dan kemampuan teknologi (tech savvy).
3. Peduli Isu Global: Berfokus pada isu sosial dan lingkungan.
4. Pola Komunikasi: Lebih menyukai cara komunikasi visual dari pada narasi teks.
5. Konsumen Kritis: Lebih mengutamakan emosi dari pada fungsi dalam memilih produk.
6. Preferensi Produk: Lebih tertarik pada tren dibandingkan diskon.
“Karena Gen Z sangat intens menggunakan internet, mereka banyak memperoleh pengetahuan agama melalui media daring. Kami berharap Gen Z dapat tumbuh menjadi generasi yang toleran dan berpihak pada kedaulatan negara. Moderasi beragama harus dijadikan sebagai cara hidup bersama, menghormati perbedaan agama dan menjaga keharmonisan dalam berbangsa dan bernegara,” tutur Arskal.
Arskal juga menekankan bahwa moderasi beragama bukan hanya sekadar teori, tetapi harus dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini mencakup saling menghormati perbedaan agama dan mematuhi konstitusi negara untuk melindungi kerukunan bangsa. Dengan demikian, pelatihan ini diharapkan dapat memberikan kontribusi besar bagi terciptanya masyarakat yang lebih maju, berkepribadian, dan penuh toleransi.