Workshop Moderasi Beragama Ciptakan Sekolah Rukun, Harmonis dan Moderat
  • Yeni Lesmana Dewi
  • 31 Desember 2024
  • 28x Dilihat
  • Berita

Workshop Moderasi Beragama Ciptakan Sekolah Rukun, Harmonis dan Moderat

Palembang, 31 Desember 2024 – Balai Litbang Agama Jakarta bekerja sama dengan Balai Diklat Keagamaan Palembang menyelenggarakan Workshop Aktualisasi Nilai-Nilai Moderasi Beragama dalam Pembelajaran. Bertempat di Kampus Balai Diklat Keagamaan Palembang, kegiatan ini diikuti 100 guru madrasah serta guru agama dari jenjang SD, SMP, dan SMA se-Kota Palembang. 

 

Kegiatan diawali dengan pembacaan Asmaul Husna, menciptakan suasana penuh khidmat. Narasumber pertama, Dr. H. Syarif Husain, S.Ag., M.Si., menyampaikan materi Teologi Moderasi Beragama. Beliau menjelaskan pentingnya moderasi beragama dalam menghadapi konflik berbasis SARA yang kerap muncul di masyarakat.

 

“Moderasi beragama bukan mencampur adukkan keyakinan, tetapi memperkuat aqidah dan menghormati perbedaan. Kita harus mampu hidup berdampingan tanpa konflik,” tegasnya.

 

Dr. Syarif juga menekankan bahwa keberagaman suku, agama, dan budaya adalah kekayaan bangsa yang harus dihormati demi menciptakan kehidupan yang rukun.

 

Sesi kedua diisi oleh Dr. Agustina, M.Pd., instruktur nasional dari BDK Palembang, yang memaparkan pentingnya internalisasi nilai-nilai moderasi beragama dalam dunia pendidikan. Materi disampaikan dengan gaya interaktif, diawali pantun dan permainan untuk mencairkan suasana.

 

Dr. Agustina menyoroti peran guru dalam menciptakan lingkungan sekolah yang harmonis dan toleran.

 

“Tujuan kita mengumpulkan para guru di sini adalah untuk menciptakan sekolah yang rukun, harmonis, dan moderat. Perbedaan itu biasa saja. Moderasi beragama penting agar anak-anak belajar toleransi sejak dini,” jelasnya.

 

Beliau juga memberikan contoh kasus intoleransi yang terjadi dilingkungan sekolah dan madrasah, sekaligus membahas cara mencegahnya melalui pembelajaran yang berbasis nilai-nilai moderasi.

 

Workshop ini diisi juga dengan sesi diskusi interaktif, di mana peserta berbagi pengalaman dan mendapatkan masukan langsung dari narasumber. Kegiatan ini bertujuan agar guru mampu menjadi agen moderasi beragama, menciptakan lingkungan pendidikan yang inklusif dan damai.