ALLAH MEMULIAKAN SEPULUH HARI PERTAMA BULAN DZULHIJJAH
  • Yeni Lesmana Dewi
  • 16 Juni 2023
  • 10342x Dilihat
  • Berita

ALLAH MEMULIAKAN SEPULUH HARI PERTAMA BULAN DZULHIJJAH

Hadirin jamaah Jum’at rahimakumullah, 

       Pada hari, waktu dan kesempatan yang baik dan penuh keberkahan ini, saya sebagai khatib mengajak kepada hadirin sekalian untuk selalu bersyukur kepada Allah Swt., atas segala nikmat dan karunia yang telah dianugerahkan kepada kita, hingga kita masih mampu memenuhi panggilan Allah melaksanakan ibadah shalat jumat. Tidak lupa khatib berwasiat kepada diri sendiri dan kepada hadirin sekalian untuk senantiasa meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah Swt. dengan melaksanakan segala perintah-perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya, dan kita berharap semoga kita menjadi pribadi-pribadi yang mu’minin dan muhsinin 


       Hadirin jamaah jumat rahimakumullah

       Kalimat hamdalah kita sanjungkan ke-Hadirat Allah Yang Maha Agung, karena tidak lama lagi kita akan memasuki kalender akhir Tahun Hijriyah yakni bulan Dzulhijjah 1444 H. 1443 H. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada suri tauladan kita dalam kehidupan ini, yaitu Nabi Muhammad Saw. beserta keluarga, para sahabat dan para pengikutnya hingga yaumil qiyamah.


       Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah

       Tidak lama lagi kita akan memasuki bulan Dzulhijjah, dan sebagaimana dimaklumi bahwa bulan Dzulhijjah adalah bulan terkahir dari kalender Hijriyah. Mari kita tingkatkan amal saleh dengan menghidupkan sunnah-sunnah Rasululllah Saw. dalam setiap waktu dan kesempatan. Pada awal bulan Dzulhijjah terdapat amaliah yang istimewa dan terdapat pahala yang khusus apabila kita melaksanakannya pada awal bulan tersebut. Perihal Allah telah memuliakan sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah adalah, berdasarkan sabda Rasulullah Saw., dari riwayat Imam Ahmad: 

مَا مِنْ أَيَّامٍ أَعْظَمُ عِنْدَ اللّٰهِ وَلَا أَحَبُّ إِلَيْهِ الْعَمَلُ فِيهِنَّ مِنْ هَذِهِ الْأَيَّامِ الْعَشْرِ

       Tidak ada hari-hari yang lebih agung di sisi Allah dan amal shalih di dalamnya lebih dicintai oleh-Nya daripada hari yang sepuluh (sepuluh hari pertama dari Dzulhijjah). 


       Dari hadits tersebut dijelaskan bahwa sepuluh hari awal bulan Dzulhijjah adalah sangat baik untuk meningkatkan amal dengan menghidupkan sunnah-sunnah Rasul. Seandainya kita melihat kembali ke belakang tentang keistimewaan bulan Ramadhan, maka kita akan teringat keistimewaan yang terkandung di dalamnya, misalnya pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, ada malam lailatul qadr, dan lain-lain. Sedangkan keistimewaan bulan Dzulhijjah terdapat pada sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah. Bahkan secara khusus Rasulullah Saw. memerintahkan kepada kita untuk mengisi hari-hari awal bulan tersebut dengan peningkatan amal, sebagaimana ditegaskan dalam hadits riwayat Ahmad sebagai berikut:

مَا مِنْ أَيَّامٍ أَعْظَمُ عِنْدَ اللهِ وَلاَ أَحَبُّ إِلَيْهِ مِنَ الْعَمَلِ فِيْهِنَّ مِنْ هَذِهِ الْعَشْرِ، فَأَكْثِرُوا فِيْهِنَّ مِنَ التَّهْلِيْلِ وَالتَّكْبِيْرِ وَالتَّحْمِيْدِ

       Tidak ada hari-hari yang lebih agung di sisi Allah dan lebih dicintai oleh Allah dari pada beramal pada hari-hari tersebut daripada 10 hari Dzulhijjah, maka perbanyaklah tahlil, takbir, dan tahmid. (HR Ahmad)


       Dalam keterangan yang lain, bahwa Rasulullah Saw., menegaskan tentang beribadah pada sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah itu diumpamakan seperti orang yang jihad di jalan Allah, sebagaimana sabda beliau:

مَا مِنْ أَيَّامٍ اَلْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيْهَا أَحَبُّ إِلَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ مِنْ هَذِهِ الأَيَّامِ، يَعْنِيْ أَيَّامَ الْعَشْ قَالُوْا يَا رَسُوْلَ اللهِ، وَلاَ الْجِهَادُ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ؟ قَالَ وَلاَ الْجِهَادُ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ، إِلاَّ رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَيْءٍ

       Tidak ada hari dimana suatu amal shalih lebih dicintai Allah Swt., melebihi amal shalih yang dilakukan di hari-hari ini (yakni sepuluh hari pertama Dzulhijjah). Para sahabat bertanya, Wahai Rasulullah, termasuk lebih utama dari jihad di jalan Allah? Nabi Saw., menjawab, ya termasuk lebih utama dibanding jihad di jalan Allah, kecuali orang yang keluar dengan jiwa dan hartanya (ke medan jihad) dan tidak ada satu pun yang kembali (ia mati syahid).


       Kaum muslimin rahimakumullah

       Berdasarkan hadits tersebut, maka pada supuluh hari di awal bulan Dzulhijjah terdapat keistimewaan-keistimewaan yang luar biasa. sehingga, kita dianjurkan untuk memperbanyak amal saleh. Seperti, dzikir; takbir, tahmid, tasbih, dan membaca al-Quran, memperbanyak shalat sunat, memperbanyak sedekah dan lain-lain. 

       Begitu pula saudara-saudara kita yang tahun ini akan berniat kurban, maka tidak dianjurkan untuk memotong kuku dan rambut sampai hari dimana ia telah selesai menyembelih hewan kurbannya, itu pun dianggap ibadah, karena ittiba’ kepada Rasulullah. Ulama berpendapat bahwa larangan memotong kuku dan rambut bagi yang akan berkurban, agar kiranya orang tersebut akan mendapatkan pahala yang lebih sempurna dan akan mendapat ampunan dari seluruh anggota tubuhnya tanpa ada pemotongan sedikitpun.


       Dengan hadits-hadits tentang keistimewaan sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah tersebut, maka kita dapat meraih kemuliaan tersebut dengan menghidupkan sunnah-sunnah sebagai berikut:

       Pertama, berpuasa sunnahlah wahai kaum muslimin,  

       Kita dianjurkan untuk memanfaatkan momen sepuluh hari pertama di bulan Dzulhijjah dengan melakukan puasa sunnah, boleh puasa sunnah dimulai tanggal 1 Dzulhijjah, atau memilih puasa tanggal 8 dan 9 Dzulhijjah (Tarwiyah dan Arafah) atau memilih puasa tanggal 9 Dzulhijjah yang dikenal sangat istimewa. Begitu istimewanya sehingga Rasulullah bersabda: 

صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللّٰهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِى بَعْدَهُ وَصِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللّٰهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ

       Puasa Arafah (9 Dzulhijjah) dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun akan datang. Puasa Asyuro (10 Muharram) akan menghapuskan dosa setahun yang lalu. (HR Muslim)


       Kaum muslimin rahimakumullah

       Kedua, perbanyaklah dzikir, menyebut-nyebut asma Allah terutama pada hari-hari tertentu (berbilang) termasuklah pada sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah dan hari-hari tasyrik:

وَاذْكُرُوا اللهَ فِي أَيَّامٍ مَّعْدُودَاتٍ

      Dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah dalam beberapa hari yang berbilang. (Al-Baqarah: 203) 

       Makna dari beberapa hari yang berbilang diantara maknanya adalah pada awal-awal bulan Dzulhijjah dan hari tasyrik. Dalam himpunan fatwa disebutkan bahwa pada hari raya Idul Adha disyari’atkan membaca takbir mutlak dan takbir muqayyad. Adapun takbir mutlak maka (disyariatkan untuk dilakukan) pada seluruh waktu dari mulai awal masuknya bulan Dzulhijah sampai hari yang terakhir dari hari-hari tasyriq. 

       Sedangkan takbir muqayyad (disyariatkan untuk dilakukan) pada setiap selesai shalat wajib, yakni mulai dari setelah selesai sahalat shubuh pada hari Arafah sampai setelah shalat Ashr pada akhir hari tasyriq. Dasar yang dijadikan dzikir mutlak dan muqayyad ini adalah ijma’ dan perbuatan para sahabat Rasulullah Saw.  


       Ketiga, shalat Idul Adha. 

       Hari raya Idul adha dalam Islam juga dikenal dengan sebutan An-Nahr yang jatuh pada tanggal 10 Dzulhijjah. Dan untuk merayakan hari tersebut, maka umat muslim disunnahkan untuk melaksanakan shalat Idul Adha dan dilanjutkan dengan menyembelih hewan qurban. Pada hari raya tersebut umat muslim diharamkan untuk berpuasa.

       Allah Swt. telah berfirman dalam al-Qur’an surat al-Kautsar ayat ke-2:

فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ

       Laksanakanlah shalat untuk Rabmu dan sembelihlah qurban.


 Keempat, Menyembelih hewan qurban

       Dalam al-Qur’an surat al-Hajj ayat ke-34, disebutkan bahwa tiap-tiap umat telah diturunkan syari’at penyembelihan hewan kurban, hal ini bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Pada saat penyembelihan, mereka harus menyebut asma Allah terhadap hewan ternak yang akan mereka sembelih sebagai rizki dan karunia pemberian Allah. Manusia yang mendapat rizki namun tidak mau berkurban diancam dengan tegas: jangan mendekat ke masjid kami! 

مَنْ وَجَدَ سَعَةً فَلَمْ يُضَحِّ فَلاَ يَقْرَبَنَّ مُصَلاَّنَا

       Siapa yang memililki kelapangan namun dia tidak berqurban maka jangan mendekat ke masjid kami. (HR. Ahmad)

       Selain keempat amaliaah tersebut yang termaktub di dalam hadits tentang keutamaan awal bulan Dzulhijjah, kaum muslimin dianjurkan pula memperbanyak amal saleh lainnya seperti melakukan pertaubatan, serta meninggalkan segala perbuatan dosa dan maksiat. Ternyata pada sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah itu adalah awal dari kemulian dan kebaikan-kebaikan yang ada di dalamnya. Semoga kita mau memanfaatkan momen awal bulan Dzulhijjah, dengan menghidupkan sunnah, meningkatkan amal saleh dan kebaikan-kebaikan yang mendatangkan rahmat dan berkah Allah Swt. Amiin.

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِى الْقُرْأَنِ الْحَكِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلاَايَاتِ وَالِّذِكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ

اَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَاَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالمْسْلِمَاتِ وَاْلمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ اِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُالرَّحِيْم