Atas Berkat Rahmat Allah Kita Menjadi Bangsa Yang Merdeka
  • BDK Palembang
  • 18 Agustus 2023
  • 4884x Dilihat
  • Khutbah

Atas Berkat Rahmat Allah Kita Menjadi Bangsa Yang Merdeka

 

اْلحَمْدُ للهِ اْلحَمْدُ للهِ الّذي هَدَانَا سُبُلَ السّلاَمِ، وَأَفْهَمَنَا بِشَرِيْعَةِ النَّبِيّ الكَريمِ،

أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لا شَرِيك لَه، ذُو اْلجَلالِ وَالإكْرام،

وَأَشْهَدُ أَنّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسولُه. 

اللّهُمَّ صَلِّ و سَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى سَيِّدِنا مُحَمّدٍ وَعَلَى الِه وَأصْحابِهِ وَالتَّابِعينَ بِإحْسانِ إلَى يَوْمِ الدِّين. 

أَمَّا بَعْدُ: فَيَايُّهَا الإِخْوَان، أوْصُيْكُمْ وَ نَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنْ. 

قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي اْلقُرْانِ اْلكَرِيمْ: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الَّشيْطَانِ الرَّجِيْم،

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَانِ الرَّحِيْمْ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا الله وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا،

يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ الله وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا وقال تعالى يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.
صَدَقَ اللهُ العَظِيمْ

       Hadirin jamaah Jum’at rahimakumullah,

       Pada kesempatan yang baik dan di tempat suci serta di hari yang mulia ini saya mengajak kepada hadirin sekalian, marilah kita senantiasa mempersembahkan puji dan syukur atas limpahan nikmat dan karunia yang telah dianugerahkan Allah kepada kita, terutama hidayah Iman dan Islam, hingga kita masih mampu memenuhi perintah Allah, menunaikan kewajiban kita melaksanakan ibadah shalat jum’at. Kita bersyukur pula atas nikmat yang telah dianugerahkan Allkah kepada kita, nikmat kemerdekaan yang sedang kita rasakan saat ini. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad Saw., keluarga dan para sahabatnya yang senantiasa mengikuti sunnahnya hingga yaumil akhir.

       Pada kesempatan yang baik ini, saya selaku khatib mengajak kepada hadirin sekalian dan tidak lupa mengingatkan diri khatib pribadi, marilah kita senaniasa meningkatkan iman dan takwa kepada Allah Swt., dengan sebenar-benarnya takwa, karena hanya dengan bekal takwa inilah kita akan selamat meniti kehidupan di dunia ini menuju kehidupan kekal dan abadi di akhirat.

       Kaum muslimin jamaah Jum’at rahimakumullah,

       Sanjungan kepada Allah Yang Maha Agung kembali kita panjatkan sebagai ungkapan rasa syukur yang tiada terhingga atas anugerah kemerdekaan yang diberikan Allah kepada bangsa Indonesia, dan sudah kita rasakan sejak 78 tahun yang lalu.  

       Kemerdekaan yang sedang kita rasakan saat ini adalah jerih payah dan banting tulang serta darah yang mengalir dari para pejuang bangsa kita. Mereka berjuang mengorbankan jiwa raganya, mereka berjuang tanpa pamrih, mereka berjuang tanpa mengharapkan jabatan, tidak mengejar popularitas, mereka berjuang tanpa mengharap harta dan balas jasa. Mereka para pejuang terutama para kiai, santri dan para tokoh Islam dalam mengusir penjajah, hanya mengharapkan keridhaan Allah Swt. Gema suara takbir mereka kumandangkan untuk memicu dan memacu semangat para pejuang mengusir para penjajah bumi pertiwi.

       Hadirin kaum muslimin rahimakumullah,

       Pada hari Kamis kemarin tanggal 17 Agustus 2023 kita bangsa Indonesia memperingati Hari Ulang Tahun kemerdekaan Republik Indonesia ke-78. Peringatan hari kemerdekaan ini adalah momentum untuk mentadabburi ulang perihal makna kemerdekaan yang harus kita syukuri dan kita aplikasikan dalam realita kehidupan dewasa ini. Ketahuilah oleh kita sekalian bahwa kemerdekaan adalah rahmat dari Allah Swt., dan kita yakin bahkan haqqul yakin, kalau bukan rahmat dari Allah Swt., tidak mungkin kita bangsa Indonesia mampu merebut dan memproklamasikan kemerdekaannya. Betapa indahnya kalimat tersebut dicantumkan oleh para pendiri bangsa kita dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945:

       Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa, dan didorong oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya.

       Kita dapat memaknai bahwa para pendahulu, para pendiri bangsa kita, mereka merekatkan semua elemen bangsa dengan bingkai NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia). Oleh sebab itu mari kita jaga bangsa dan negara ini dengan semboyan Bersatu Kita Teguh Bercerai Kita Runtuh, dan mengisi alam kemerdekaan ini dengan pembangunan serta dijiwai nilai-nilai takwa kepada Allah Swt., yang telah menganugerahkan kemerdekaan kepada bangsa Indonesia.

       Dengan nilai-nilai takwa sebagai inspirasi dan aspirasi dalam mengisi masa kemerdekaan ini, insya Allah keberkahan akan dianugerahkan Allah Swt., kepada kita. Makna berkah ini jangan sampai disepelekan atau dianggap ringan, karena dengan keberkahan inilah semua akan mengandung dan mendatangkan kebaikan serta bertambah kebaikannya. Sebagaimana kata Imam Al-Ghazali bahwa berkah itu adalah ziyadatul khair (bertambahnya nilai-nilai kebaikan).

       Bahkan di dalam al-Qur’an disebutkan dengan tegas bahwa Allah berjanji akan menurunkan keberkahan kepada suatu negeri yang penduduknya beriman dan bertakwa. Sebagaimana dalam al-Qur’an surat al-A’raf ayat ke-69 yang berbunyi:

وَلَوْ اَنَّ اَهْلَ الْقُرٰٓى اٰمَنُوْا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكٰتٍ مِّنَ السَّمَاۤءِ وَالْاَرْضِ وَلٰكِنْ كَذَّبُوْا فَاَخَذْنٰهُمْ بِمَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ

       Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan.

       Kaum musimin rahimakumullah,

       Rahmat kemerdekaan yang diraih oleh para pejuang bangsa kita, harus diyakini bahwa tidak mungkin rahmat Allah tersebut turun atau datang dengan tiba-tiba, akan tetapi pasti ada paktor yang menyebabkannya, dan paktor penyebab yang paling kuat adalah nilai-nilai ketauhidan para pejuang pahlawan bangsa kita. Sebagaimana ditegaskan oleh Buya HAMKA bahwa tidak mungkin tauhid dilepaskan dalam perjuangan bangsa, karena pangkal dan sumber pokok ajaran Islam adalah kalimat tauhid:

أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ

       Kalimat syahadat inilah kata Buya HAMKA yang membawa dan menjadi penyemangat perjuangan, dan hanya dengan i’tikad menyembah Allah inilah kehidupan akan menjadi berarti dan mulia.
        Kaum muslimin jamaah Jum’at rahimakumullah

       Islam hadir di alam semesta yang fana ini membawa misi pembebasan (kemerdekaan) bagi seluruh manusia, karena kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa bahkan perorangan. Dalam perspektif Islam, seseorang yang memerdekakaan seorang budak saja adalah pekerjaan sangat mulia dan tinggi pahala dan keutamaannya, apalagi kemerdekaan sebuah bangsa. Islam hadir untuk membebaskan manusia dari segala bentuk penjajahan dan penindasan. Islam lahir untuk memperbaiki akhlak manusia agar dalam proses penyembahan kepada Sang Khaliq tidak menemui kendala, bebas, khusuk dan tidak terbelenggu.

       Islam lahir membawa misi untuk memuliakan manusia atau istilah popular lain memanusiakan manusia, jangan sampai manusia diperbudak oleh napsunya apalagi diperbudah oleh orang atau bangsa lain, karena sejatinya manusia itu mulia, sebagaimana ditegaskan Allah dalam firman-Nya:

وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِىٓ ءَادَمَ وَحَمَلْنَٰهُمْ فِى ٱلْبَرِّ وَٱلْبَحْرِ وَرَزَقْنَٰهُم مِّنَ ٱلطَّيِّبَٰتِ وَفَضَّلْنَٰهُمْ عَلَىٰ كَثِيرٍ مِّمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلًا

       Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan. (QS. Al-Isra’: 70)

       Kaum muslimin rahimakumullah,

       Begitulah hakikat kemerdekaan, apabila disinergikan dengan nilai-nilai Islam. Tidaklah sempurna iman seseorang, apabila keshalehan pribadi sebagaimana halnya shalat, dzikir, puasa, haji tidak bernilai positif atau tidak berimplikasi kepada keshalehan sosial, tidak bernilai positif terhadap lingkungannya, tidak menjadi rahmat bagi alam semesta dan lingkungannya. Tetapi muslim paripurna adalah yang mampu mengaplikasikan keshalehan pribadi kepada keshalehan sosial.

       Oleh karena itu, marilah dengan momentum peringatan HUT RI ke-78 ini, kita perkokoh persatuan dan kesatuan umat dan bangsa. Kita tinggalkan segala pertikaian dan permusuhan. Kita songsong tantangan masa depan dengan semangat membangun negeri dalam ridha Ilahi. Mari kita ikut andil menciptakan situasi dan kondisi yang kondusif, aman dan nyaman, apalagi kita sedang berada dalam tahun politik. Bangsa kita sedang dan akan mencari pemimpin untuk periode berikutnya, semoga lahir pemimpin yang amanah, yang mencintai rakyatnya dan mampu menyejahaterakan seluruh lapisan masyarakat. Aamiiin.

       Diurgahayu Republik Indonesia ke-78 semoga kita menjadi negara sebagaimana dilukiskan dalam al-Qur’an:

بَلْدَةٌ طَيِّبَةٌ وَرَبٌّ غَفُورٌ

       (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun QS. Saba: 15)

 

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ مَا تَسْمَعُوْنَ وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ اْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ