BDK Palembang Gelar Diklat Guru RA Pertama di Lampung Utara
KOTABUMI - Minimnya Pelatihan Raudhatul Athfal (RA) menjadi topik utama penyampaian materi Kepala Balai Diklat Keagamaan (BDK) Palembang, Dr. Syafitri Irwan, S.Ag M.Pd.I dikala berkunjung ke Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Kabupaten Lampung Utara. Syafitri disambut meriah sewaktu memasuki aula tempat dilaksanakanya PDWK Pelatihan Tematik RA Angkatan I.
Syafitri terhibur dan bahagia bisa bertemu langsung dengan guru-guru dan kepala-kepala RA dilingkungan Kemenag Kabupaten Lampung Utara. Pertemuan tersebut amat berkesan bagi dirinya, mengingat itu merupakan diklat guru RA pertama yang pernah digelar BDK Palembang di Kabupaten Lampung Utara, berbeda dengan diklat guru MA maupun MTs yang sudah lebih sering digelar di sana. Antusiasme para peserta membuat Syafitri bersemangat untuk memberikan materi di pagi hari ini.
Materi yang dibawakan Syafitri dimulai dengan pertanyaan kepada para peserta tentang bagaimana keresahan para peserta atas minimnya pelatihan yang menyangkut dengan RA. Sofie selaku ketua kelas dalam diklat tersebut turut menyampaikan pesannya.
“Guru RA ini agak tersingkir, minim sekali perhatian, minim sekali ilmu, sebenarnya kami ini haus akan ilmu, di lingkungan Kementerian Agama Kabupaten Lampung Utara pun belum pernah mengadakan pelatihan untuk guru guru RA. Dengan adanya kegiatan seperti ini kami sangat bersyukur pak, semoga ini bukan yang terakhir pak, walaupun tidak diadakan kembali disini, kami diundang ke Palembang pun, kami bersedia, Pak,” ujar Sofie.
Syafitri juga berharap jika ke depannya nanti, pelatihan untuk guru dan kepala RA mendapat perhatian yang lebih serius.
“Alhamdulillah pelatihan pada RA ini dilakukan secara PDWK bukan Diklat Reguler yang ada di Palembang, karena jika dilakukan Diklat Reguler, tentu Kabupaten Lampung Utara hanya mendapatkan kuota paling banyak dua orang saja, berbeda dengan PDWK 35 sampai 40 orang bisa kita berikan pelatihan,” ujar Syafitri.
Menurutnya, pelatihan Tematik RA bertujuan untuk mendorong guru-guru RA agar memiliki motivasi tinggi, spirit yang kuat dan selalu ingin melakukan hal yang terbaik dalam pengembangan RA.
“Mengelola RA itu jauh lebih sulit, karena yang dihadapi adalah anak-anak kecil. Anak-anak ini jangan sampai RA-nya lengah, lengah dalam artian lalai, karena apa? Anak anak bisa jadi membuat situasi nya menjadi sulit, lengah bisa disengaja ataupun tidak disengaja, untuk mengatasinya RA dituntut agar memiliki ciri khas dalam mengajar, ada yang ditonjolkan, agar memiliki orientasi yang jelas kedepan, selepas mereka telah melewati pendidikan di RA,” tambahnya.
Terakhir, Syafitri berpesan agar pendidikan RA diarahkan agar sesuai dengan visi Kemenag secara umum, dan hal tersebut dapat dicapai dengan kerjasama antar lembaga, seperti kepolisian maupun TNI, dalam mengarahkan anak-anak usia dini sesuai peminatan mereka.
“RA ini dibentuk untuk mendukung visi dari Kementerian Agama, yakni meningkatkan akses dan kualitas pendidikan umum berciri agama. Maka dari itu, kita jangan lengah, karena anak-anak di usia itu sangat membutuhkan perhatian serius dalam pelajaran Agama. RA tidak boleh kehilangan momentum yang merupakan ciri khas yang dimiliki RA itu sendiri dalam pelajaran agama,” ajak Syafitri.