Belajar Kewirausahaan dari Ponpes Miftahul Huda 606
  • 4 Maret 2021
  • 600x Dilihat
  • Berita

Belajar Kewirausahaan dari Ponpes Miftahul Huda 606

KALIANDA – Balai Diklat Keagamaan (BDK) Palembang kembali melaksanakan Pelatihan di Wilayah Kerja (PDWK), kali ini Diklat Manajemen Pondok Pesantren Angkatan II. Dua orang widyaiswara BDK Palembang, yaitu Dr. H. Syarif Husain, S,Ag., M.Si dan Dr. Weldan Firnando Smith, S.Pd, M.AP memberikan materi dalam mata pelatihan “Kewirausahaan dan Ekonomi Kreatif” di diklat tersebut.

Kedua widyaiswara itu mempersilakan para peserta yang mengelola usaha dan ekonomi kreatif di pondok pesantren masing-masing untuk dapat menunjukkan bidang usahanya ke peserta diklat yang lain. Salah satu dari peserta tersebut adalah peserta Diklat dari Pondok Pesantren Miftahul Huda 606.

Pondok Pesantren Miftahul Huda 606 memiliki usaha peternakan lele yang baru didirikan pada 2020 lalu. Usaha ternak lele tersebut dibentuk dengan bantuan dari Kementerian Kelautan dan Perikanan RI. Selain bantuan materiil berupa bibit, pakan dan peralatan ternak lele, para pengelola pesantren tersebut juga menerima bimbingan dan penyuluhan terkait mekanisme ternak lele sejak pembibitan hingga panen dan pemasaran.

Hingga saat ini, pengelola pondok sudah mengelola 10 kolam lele dan memperoleh hasil panen hingga sebanyak 2,5 kuintal per kolam dalam satu masa panen. Mengingat ikan lele merupakan jenis ikan yang cukup produktif dan cepat berkembang biak, maka proses pemanenan pun dapat dilakukan setiap 3 bulan sekali.

Martadinata selaku ketua panitia PDWK menyampaikan kebanggaannya pada pimpinan Pondok Pesantren Miftahul Huda 606 yang telah mengarahkan para pengurus dan santri untuk mengelola peternakan lele, sehingga dapat memperoleh hasil panen yang dapat dikonsumsi dan sumber penghasilan tambahan bagi pondok pesantren.

Di samping itu, Weldan selaku widyaiswara juga turut menyampaikan kekagumannya.  “Kewirausahan ponpes dapat memberikan inspirasi ponpes lain sesuai kultur dan keterampilan yang ada pada pesantren tersebut, misalnya pengajar yang pintar membatik maka bisa membuat wirausaha batik,” tukasnya. “Selain itu memberikan informasi kepada ponpes lain bahwa berbagai bantuan dapat diperoleh dari kementerian, lembaga bahkan perusahaan swasta lain,” tambah Weldan.