Berfikirlah Rasional dan Profesional, Jangan Mau Membagikan Berita SARA
Palembang (1/5) - Dr. H. Wawan Djunaedi, M.A., memberikan materi "Wawasan Kebangsaan" bagi peserta Pelatihan Penggerak Moderasi Beragama Angkatan V, Angkatan VI dan Pelatihan Penggerak Moderasi Beragama Bagi Guru Angkatan VII di Aula Balai Diklat Keagamaan Palembang.
Dr. Wawan Djunaedi menyampaikan bahwa agama adalah status yang tidak bisa kita pilih, kita dilahirkan dengan agama yang dianut orang tua. Jika kita mensyukuri identitas agama kita, tentunya kita akan menghargai perbedaan antar saudara sebangsa dan setanah air. Itulah keindahan Indonesia.
"Identitas pemberian Tuhan jangan dibuat main-main, karena konfliknya akan besar," ujar Dr. Wawan. Sebagai perekat pemersatu bangsa, kita harus mengedukasi masyarakat agar konflik isu SARA tidak terjadi.
"Kita harus menjadi Indonesia yang mencintai Indonesianya. Manusia itu hanya 2, jika saudara seagama dia bisa saudara sesama manusia," imbuhnya.
Dr. Wawan juga menjelaskan tentang prosedur pembangunan rumah ibadah.
Wawan mencontohkan sebuah kisah dimana Nabi Muhammad SAW menasehati agar Imam sholat yang baik adalah imam yang tawassud, yaitu menyesuaikan. Seperti Nabi menegur imam bahwa seharusnya kita menyesuaikan makmun kita yang terdiri dari orang tua, anak-anak, dan anak sakit.
Peserta pelatihan yang mengikuti Materi ini adalah tenaga Pendidikan (Guru, dan Pengawas), dan Tenaga Keagamaan (Penyuluh dan Penghulu).
Dalam materinya yang bertajuk "Wawasan Kebangsaan dan Jati Diri Kementerian Agama", Dr. Wawan Djunaedi menyoroti pentingnya Nationstate, bahwa kewarganegaaraan adalah anugerah bagi warga negara. Jika ada warga negara yang tidak jelas kewarganegaraannya, itu penting. Maka kewarganegaraan Indonesia perlu kita rawat.
Berdasarkan World Religion Database 2020, penduduk dunia yang paling banyak beragama Kristen adalah 32,3% dan Islam 24,3%.
Permasalahan Palestina dan Israel bukanlah permasalahan antar agama, melainkan antar negara. Oleh karena itu, PBB memperjuangkan kemerdekaan Palestina.
Dr. Wawan mengajak masyarakat untuk berpikir secara rasional dan profesional, dan jangan mau diajak menyampaikan berita dengan unsur SARA.