Berharap Rahmat Allah ( Hujan )
اَسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ الَّذِيْ لَا إِلَهَ اِلاَّ هُوَ الحَيُّ القَـيُّومُ وَاَتُوْبُ اِلَيْهِ (x٩)
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَنزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَحْيَا بِهِ الْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَةً لِّقَوْمٍ يَسْمَعُونَ.
أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ سَيّدِنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ... فَيَا عِبَادَ الله... أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ.
Hadirin dan hadirat jamaah shalat Istisqa rahimakumullah
Pada kesempatan penuh harap Allah Swt. mencurahkan hujan di musim kemarau ini, saya mengajak sekaligus berwasiat kepada hadiurin sekalian dan kepada diri sendiri, untuk bersama-sama meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah Swt. Kemudian saya juga mengajak kepada hadirin dan hadirat sekalian untuk meninggalkan segala larangan Allah dan senantiasa beristighfar memohon ampun kepada Allah, agar Dia (Allah) yang telah menciptakan alam semesta dan isinya menganugerahkan kepada kita ampunan, sehingga menjadi washilah diturunkannya hujan yang sudah kita dambakan.
Yakinlah wahai hadirin dan hadirat sekalian, bahwasannya Allah itu Maha Pengasih dan Maha Pemurah, Maha Penerima Taubat.
إِنَّهُ كَانَ بِكُمْ رَحِيمًا
Sesungguhnya Allah Maha Penyayang terhadap kalian.
Demikian Allah menegaskan dalam al-Qur’an surat al-Isra ayat ke-66.
Saya selaku khatib mengajak kepada hadirin untuk selalu bersyukur, hal ini sebagai pengingat, karena mungkin saja ada diantara kita atau bahkan mungkin banyak diantara kita yang selama ini mendapat kaunia Allah, namun kita kurang mensyukurinya, sehingga hujan menjadi tersendat, terhalang bahkan tertahan.
وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَتَ اللهِ لَا تُحْصُوهَا
Kalau kalian menghitung nikmat-nikmat Allah, maka kalian tak mungkin bisa menuntaskannya.
Demikian Allah menegaskan dalam firman-Nya surat Ibrahim ayat ke-7.
Kaum muslimin wal muslimat rahimakumullah,
Dengan adanya musim kemarau yang berkepanjangan, sehingga banyak kebakaran hutan dan dan lahan, sebenarnya harus menjadi ibrah, pelajaran bagi kita. Kemarau panjang adalah musibah yang menjadi awal dari kesengsaraan. Bahkan kita harus memperhatikan juga peristiwa-peristiwa di sekeliling kita, kenapa sering banyak terjadi musibah, jangan-jangan ada tangan-tangan jahil manusia yang merusak ekosistem alam sehingga kemarau menjadi lebih panjang, sehinggga kita sering dijuluki oleh negara jiran sebagai negara penghasil dan pengekspor asap udara kotor (pengap).
Mari kita kembali bertanya kepada diri kita masing-masing, mengapa saat ini kita tidak mendapatkan curahan hujan, yang biasanya telah membasahi bumi menjadi subur, tumbuh-tumbuhan tumbuh dan berkemang. Dengan hujan pula sungai-sungai dialiri air. Dengan hujan turun ternak mendapatkan sumplai minuman.
Untuk melihat jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang kita lontarkan kepada diri kita tersebut mari kita renungkan firman Allah dalam al-Qur’an surat al-Anfal ayat ke-53:
ذَلِكَ بِأَنَّ اللهَ لَمْ يَكُ مُغَيِّرًا نِعْمَةً أَنْعَمَهَا عَلَى قَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ وَأَنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
(Siksaan) yang demikian itu adalah karena sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan mengubah sesuatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada suatu kaum, hingga kaum itu mengubah apa-apa yang ada pada diri mereka sendiri, dan sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui
Kaum muslimin wal muslimat jamaah shalat Istisqa
yang dimukiakan Allah.
Dapat kita petik makna dari ayat tersebut, yakni: Allah menegaskan kepada hamba-hamba-Nya bahwa benar-benar Allah itu Maha Pemurah dan Maha Pengasih dan Penyayang sehingga beraneka ragam nikmatnya dianugerahkan kepada hamba-hamba-Nya tanpa pilih kasih. Namun manakala hamba-hamba tersebut sering menginkari dan mendustakan nikmat-nikmatnya-Nya, dengan bangga melakukan maksiat, melakukan kezaliman dan semena-mena kepada sesama, bahkan ketidak adilan sudah merajalela, dan maksiat dilakukan secara terbuka, bahkan cengengesan tertawa di media social dengan bangga telah melakukan maksiat, zina. Maka pada saat demikianlah Allah mengubah nikmat menjadi musibah, mengubah berkah menjadi hukuman, kasis sayang menjadi malapetaka.
Bukannya Allah yang memiliki sifat penyayang menjadi pemurka, pemanah, akan tetapi manusia itulah yang mengubah dirinya menjadi sosok yang tak layak disayangi lagi. Dengan kata lain perbuatan manusia itu menantang datangnya murka Allah, misalnya dengan membakar lahan dan hutan. Karena pada dasarnya Allah tidak akan berbuat aniaya terhadap hamba dan makhluknya. Perhatikan firman Allah dalam al-Qur’an surat Fushilat ayat ke-46:
مَّنْ عَمِلَ صَٰلِحًا فَلِنَفْسِهِۦ ۖ وَمَنْ أَسَآءَ فَعَلَيْهَا ۗ وَمَا رَبُّكَ بِظَلَّٰمٍ لِّلْعَبِيدِ
Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, maka (dosanya) untuk dirinya sendiri; dan sekali-kali tidaklah Rabb-mu menganiaya hamba-hamba-Nya.
Satu pohon saja menebang pohon tanpa tujuan pemanfaatannya maka Allah kutuk dia sebagai penjahat besar dan disumpah masuk neraka, sebagaimana sabda Rasulullah dalam riwayat Imam Abu Daud:
مَنْ قَطَعَ سِدْرَةً صَوَّبَ اللهُ رَأْسَهُ فِي النَّارِ
Siapa yang memotong (apalagi membakar) sebatang pohon. memotong pepohonan untuk membangun kekayaan, tanpa mempertimbangkan dampaknya, Allah sungkurkan kepalanya dalam api neraka.
Na’udzubillahi min dzalalik,
Kaum muslimin wal muslimat
Jamaah shalat Istisqa rahumakumullah,
Dengan pelbagai jenis pelanggaran tersebut Allah memberikan beragam kesulitan dan kesengsaraan kepada manusia. Oleh sebab itu kata kunci untuk solusi adalah cepat-cepat berftobat kepada Allah. Inilah satu-satrunya jalan keluar untuk meraih kembali rahmat dan cinta Allah Swt.
Bertobatlah kalian kepada Allah niscaya Allah akan menurunkan hujan sebagai rahmat-Nya:
يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا. . فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا
وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَلْ لَكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَلْ لَكُمْ أَنْهَارًا
Maka aku berkata (kepada mereka): Mohonlah ampunan kepada Tuhanmu, Sungguh Dia Maha Pengampun, niscaya Dia akan menurunkan hujan yang lebat dari langit kepadamu, dan Dia memperbanyak harta dan anak-anakmu, dan mengadakan kebun-kebun untukmu dan mengadakan sungai-sungai untukmu. (QS. Nuh: 10-12)
Kaum muslimin rahimakumullah,
Bahkan mungkin juga tertahannya hujan itu karena sudah banyak manusia enggan mengeluarkan zakat, dan meremehkannya. Rasulullah Saw., menegaskan dengan sabdanya:
يَا مَعْشَرَ المُهَاجِرِيْنَ خَمْسٌ إِذَا ابْتَلَيْتُمْ بِهِنَّ وَأَعُوْذُ بِاللهِ أَنْ تُدْرِكُوْهُنَّ ……وَلَمْ يَمْنَعُوْا زَكَاةَ أَمْوَالِهِمْ إِلا مُنِعُوْا القَطْرَ مِنَ السَّمَآءِ وَلَوْ لا البَهَائِمُ لَمْ يُمْطَرُوْا……
Wahai kaum Muhajirin, Ada lima hal di mana jika telah menimpa kalian maka tiada lagi kebaikan bagi kalian. Dan aku berlindung kepada Allah Swt., agar kalian tidak menemui zaman itu. Di antara lima hal itu: . Dan tidaklah mereka menahan zakat mal melainkan ditahan juga air hujan dari langit untuk mereka. Jika seandainya bukan karena binatang yang hidup di muka bumi ini niscaya tidak diturunkan hujan. (HR. Ibnu Majah)
Kaum muslimin dan muslimat rahimakumullah,
Semoga ibadah yang sedang kita langsanakan ini menjadi washilah terbukanya pinta rahmat dan ampunan Allah sehingga air hujan cepat diturunkan oleh Allah. Mari kita tunaikan kewajiban zakat kita, kita tingkatkan kadar sedekah kita, kita saling bantu meringankan beban orang-orang yang tidak mampu. Dengan begitu, kita bisa berharap agar kemarau ini terangkat dan hujan segera turun kembali. Perbanyak membaca istighfar, memohon ampun atas dosa-dosa dan kesalahan yang telah kita buat, baik disengaja atau tidak. Itulah di antara hal yang dapat membuat Allah menganugerahkan hujan pada manusia.
Aamiin.
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِى الْقُرْأَنِ الْكَرِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَاِيَّاكَمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلاَايَاتِ وَالِّذِكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ
Khutbah kedua (Istisqa):
اَسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ الَّذِيْ لَا إِلَهَ اِلاَّ هُوَ الحَيُّ القَـيُّومُ وَاَتُوْبُ اِلَيْهِ (x٧)
الحمد للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا
أَمَّا بَعْدُ... فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ... اِتَّقُوا اللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ. وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
Berbaliklah khatib kea rah kiblat, sehingga posisi khatib dan jama’ah sama-sama menghadap kiblat, boleh dibarengi dengan membalikan surban, dilanjutkan dengan doa berikut:
اللَّهُمَّ اسْقِنَا وَأَغِثْنَا، اللَّهُمَّ اسْقِنَا غَيْثًا مُغِيثًا هَنِيئًا وَحَيًا رَبِيعًا وَحَنًا طَبَقًا غَدَقًا مُغْدِقًا عَامًّا هَنِيًّا مَرِيًّا مَرِيعًا مَرْتَعًا وَابِلًا شَامِلًا مُسْبِلًا مُجَلِّلًا دَائِمًا دَرَرًا نَافِعًا غَيْرَ ضَارٍّ عَاجِلًا غَيْرَ رَايِثٍ، غَيْثًا اللَّهُمَّ تُحْيِي بِهِ الْبِلَادَ، وَتُغِيثُ بِهِ الْعِبَادَ، وَتَجْعَلُهُ بَلَاغًا لِلْحَاضِرِ مِنَّا وَالْبَادِ، اللَّهُمَّ أَنْزِلْ فِي أَرْضِنَا زِينَتَهَا، وَأَنْزِلْ عَلَيْنَا فِي أَرْضِنَا سَكَنَهَا، اللَّهُمَّ أَنْزِلْ عَلَيْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً طَهُورًا تُحْيِي بِهِ بَلْدَةً مَيْتًا وَاسْقِهِ مِمَّا خَلَقْتَ أَنْعَامًا وَأَنَاسِيَّ كَثِيرًا. اللَّهُمَّ حَوَالَيْنَا وَلَا عَلَيْنَا. اللَّهُمَّ عَلَى رُءُوسِ الظِّرَابِ وَمَنَابِتِ الشَّجَرِ وَبُطُونِ الْأَوْدِيَةِ وَظُهُورِ الْآكَامِ. آمين يا رب العالمين
اللهُمَّ اجْعَلْهَا سُقْيَا رَحْمَةٍ، وَلاَ تَجْعَلْهَا سُقْيَا عَذَابٍ، وَلاَ مَحْقٍ، وَلاَ بَلاَءٍ، وَلاَ هَدْمٍ، وَلاَ غَرقٍ. اللهُمَّ عَلَى الظِّرَابِ وَالآكَامِ وَمَنَابِتِ الشَّجَرِ، وبُطُونِ الأَوْدِيَةِ،
اللهُمَّ حَوَالَيْنَا وَلاَ عَلَيْنَا، اللهُمَّ اسْقِنا غَيْثًا مُغيثًا، مَرِيئًا مَرِيعًا، سَحَّا عَامًّا،
غَدَقًا طَبَقًا، مُجَلِّلاً دَائِمًا إلَى يَوْمِ الدِّينِ. اللهُمَّ اسْقِنَا الغَيْثَ، وَلاَ تَجْعَلْنَا
مِنَ الْقَانِطِينَ، اللهُمَّ إِنَّ بِالْعِبَادِ وَالبِلاَدِ مِنَ الْجُهْدِ وَالْجُوعِ وَالضَّنْكِ مَا لاَ نَشْكُو
إِلاَّ إِلَيكَ، اللهُمَّ أَنْبِتْ لَنَا الزَّرْعَ، وَأَدِرَّ لَنَا الضَّرْعَ، وَأَنْزِلْ عَلَيْنَا مِنْ بَرَكَاتِ السَّمَاءِ، وَأَنْبِتْ لَنَا مِنْ بَرَكَاتِ الأَرْضِ، وَاكْشِفْ عَنَّا مِنَ الْبَلاَءِ مَا لاَ يَكْشِفُهُ غَيْرُكَ؛ اللهُمَّ إِنَّا نَسْتَغْفِرُكَ، إِنَّكَ كُنْتَ غَفَّارًا، فَأَرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْنَا مِدْرَارًا.
آمين يا رب العالمين
عِبَادَاللهِ, إِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ