BERHARI RAYA DENGAN MENGIKUTI TUNTUNAN SYARIAT  DAN SUNNAH RASUL
  • 28 April 2022
  • 1780x Dilihat
  • Berita

BERHARI RAYA DENGAN MENGIKUTI TUNTUNAN SYARIAT DAN SUNNAH RASUL

 

وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ

اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ،

اللهُ أَكْبَرُ، لاإِلهَ إلا اللهُ وَاللهُ أَكْبرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ

الْحَمْدُ ِللهِ الْمُنْعِمِ عَلَى مَنْ أَطَاعَهُ وَاتَّبَعَ رِضَاهُ، أَشْهَدُ أَنْ لآ إِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ شَهَادَةَ عَبْدٍ لَمْ يَخْشَ إِلاَّ اللهَ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِي اخْتَارَهُ اللهُ وَاصْطَفَاهُ.

اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى أٰلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالاَهُ

أَمّأَبَعْدُ: فَيَآ أَيُّهَا النَّاسُ، اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تَقْوَاهُ وَاعْلَمُوْا أَنَّ يَوْمَكُمْ هٰذَا يَوْمٌ عَظِيْمٌ، وَعِيْدٌ كَرِيْمٌ، أَحَلَّ اللهُ لَكُمْ فِيْهِ الطَّعَامَ، وَحَرَّمَ عَلَيْكُمْ فِيْهِ الصِّيَامَ، فَهُوَ يَوْمُ تَسْبِيْحٍ وَتَحْمِيْدٍ وَتَهْلِيْلٍ وَتَعْظِيْمٍ وَتَمْجِيْدٍ، فَسَبِّحُوْا رَبَّكُمْ فِيْهِ وَعَظِّمُوْهُ وَتُوْبُوْا إِلَى اللهِ وَاسْتَغْفِرُوْهُ 

Ma’asyiral muslimin,

Wa jumratal mukminin rahimakumullah

Hadirin dan hadirat jama’ah shalat Idul Fitri yang berbahagia,

       Pada hari penuh rahmat, berkah dan hikmah ini mari kita tingkatkan ketakwaan kita kepada Allah Swt., dengan hati yang khusuk dan tawadhu, berusaha untuk melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Al-hamdulillah di hari yang penuh kemuliaan, dan saat hati diliputi perasaan gembira di hari kemenangan ini, kita bersama seluruh umat Islam di seluruh penjuru dunia memperingati hari raya Idul Fitri tahun 1443 H/2022 M., setelah sebulan berpuasa Ramadhan.

       Kaum muslimin wal muslimat rahimakumullah,

       Bagaimana pandangan kaum muslimin dalam menyikapi hari raya Idul Fitri sesuai syariat dan sunnah Rasulullah Saw., serta contoh-contoh tauladan dari para ulama.

       Kaum muslimin rahimakumullah,

        Ketahuilah oleh kita semua, bahwa hari raya Idul Fitri adalah hari raya yang bermakna hari raya kemenangan, karena kita telah berhasil mengendalikan hawa nafsu dan kehendak-kehendak yang bersemayam dalam diri kita. Kalimat idul berasal dari kalimat ‘ada, ya’udu, ‘idan yang berarti kembali. Kemudian kalimat fitri berarti berbuka bagi orang yang berpuasa, atau makan pagi, Maka idul fitri bermakna kembali makan pagi. Kemudian fitri mempunyai keterkaitan makna dengan kalimat fitrah yang mengandung pengertian kesucian, agama yang benar, atau tabi’at asal manusia pada saat lahir yang suci. Maka idul fitri bermakna kembali kepada kesucian, seperti terlahir kembali dari rahim ibunya. 

 

قال: إِنَّ الله عزوجل فَرَضَ صِيَامَ رَمَضَانَ وَسَنَنْتُ قِيَامَهُ فمَن صَامَهُ وَقَامَهُ إِحْتِسَابًاخَرَجَ مِنَ الذُّنُوبِ كَيَوَمِ وَلَدَتهُ أًمُهُ

Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla telah mewajibkan puasa Ramadhan dan aku telah mensunnahkan menegakkan shalatnya (terawih), maka barangsiapa berpuasa dan menegakkannya dengan mengharap ridha Allah, maka keluar dosa-dosanya seperti pada hari ibunya melahirkan. (HR. Imam Ahmad: 1572, Nasai: 2180, dan Ibnu Majh: 1318.

 Setiap hamba yang berpuasa selama bulan suci Ramadhan dengan dasar iman dan penuh keikhlasan, maka hamba tersebut berhak untuk mendapatkan janji Allah, yakni ampunan terhadap dosa-dosanya yang telah lalu. Sebagaimana telah disabdakan oleh baginda Rasulullah Saw. dalam hadits riwayat Bukhari:

 

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ 

     Barangsiapa puasa di bulan Ramadhan dengan iman dan ikhlas karena Allah, diampuni dosa-dosanya yang telah lampau.

       Dosa-dosa yang pernah dilakukan oleh hamba-hamba Allah, kemudian ia menyesali perbuatan dosanya dan melaksanakan syari’at-Nya, diantaranya dengan melaksanakan ibadah puasa Ramadhan, maka jaminan Allah adalah akan diampuninya dosa-dosa tersebut. Namun perlu diketahui, bahwa dosa-dosa yang diampuni tersebut adalah dosa-dosa yang bersifat pelanggaran kepada syari’at Allah. Tetapi apabila dosa-dosa yang dilakukannya tersebut ada keterkaitannya dengan hak adami, dosa yang ada sangkut pautnya terhadap sesama manusia, misalnya telah menyakiti perasaanya, atau telah melakukan kedzaliman dengan mengambil hak sesamanya atau bahkan telah melakukan pencurian, maka saling memaafkan dan saling menghalalkan serta mengikhlaskan terlebuih dahulu, setelah itu memohonlah ampun kepada Allah, maka pasti Allah akan mengampuninya.

       Dosa-dosa yang ada keterkaitannya dengan sesama manusia, tidak cukup hanya sekedar bertaubat kepada Allah Swt, akan tetapi ia juga mesti meminta maaf dan keikhlasan dari orang yang pernah tersakiti. Jangan dibiasakan menyakiti hati dan perasaan orang lain, karena proses pertaubatannya pun sangat susah dan berat. Apalagi berkaitan dengan urusan harta benda, tidak cukup dengan sekedar bertaubat. Tapi mesti mengembalikan harta yang pernah dicuri atau dihutang. Kalaupun tidak mampu untuk mengembalikan, maka akuilah perbuatan itu kepada orang yang bersangkutan dan mintailah maaf dan keikhlasannya.

وَللهِ الْحَمْدُاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ 

    Kaum muslimin wal muslimat rahimakumullah,

       Jamaah shalat idul fitri yang berbahagia,

        Marilah kita beridul fitri, merayakan hari kemenangan ini dengan cara dan tuntunan syariat Allah. Hindarilah perayakan idul fitri dengan perilaku yang justeru berlawanan dengan tuntunan syariat dan sunnah Rasulullah Saw., Setidak-tidaknya kaum muslimin memperhatikan dua hal dalam merayakan hari kemenangan idul fitri ini, diantaranya:

       Pertama, sikapilah bahwa dengan momen idul fitri ini kita jadikan kesempatan untuk menambah ketaatan dan meningkatkan keimanan dalam kerangka beribadah kepada Allah Swt. Perihal ini dapat diaplikasikan dengan kegiatan halal bihalal, saling memberi maaf, memberi sedekah, serta membantu orang lain yang lemah.

       Kedua, hindari cara beridul fitri yang dilakukan oleh orang bodoh, yakni memanfaatkan momen idul fitri untuk melakukan maksiat, melampiaskan hawa nafsunya, berbuat dosa dan permusuhan, bahkan memecah belah umat Islam.

       Jadilah hamba Allah yang pintar dan cerdas dalam beridul fitri, manfaatkan momen idul fitri dengan menghidupkan sunnah, diantaranya saling memberi maaf dan bersilaturrahim. Perhatikan firman Allah dalam al-Qur’an surat al-A’raf ayat ke-199:

 خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِينَ

       Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta berpalinglah daripada orang-orang yang bodoh 

وَللهِ الْحَمْدُاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ 

      Jamaah shalat idul fitri yang berbahagia

       Janganlah momentum hari raya idul fitri ini membuat kita terlena, tidak mau mempedulikan nasib sesama, tidak mau memperhatikan nasib orang-orang fakir dan miskin dan kaum mustadh’afin lainnya. Oleh sebab itu keluarkanlah zakat fitrah untuk mencelupmu menjadi hamba-hamba Allah yang bersih dan suci. Keluarkanlah zakat fitrahmu dengan makanan pokok yang biasa kamu makan seberat 1 sha’ kurang lebih 2,75 gram beras. Keluarkanlah, jangan sampai melebihi batas waktu kewajiban mengeluarkannya, yakni sampai khatib naik mimbar untuk berkhutbah di hari raya idul fitri. Sebagaimana ditegaskan Rasulullah Saw., bersabda dalam riwayat Ibnu Majah:

فَرَضَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ زَكَاةَ الْفِطْرِ طُهْرَةً لِلصَّائِمِ مِنَ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ، وَطُعْمَةً لِلْمَسَاكِين مَنْ أَدَّاهَا قَبْلَ الصَّلَاةِ فَهِيَ زَكَاةٌ مَقْبُولَةٌ وَمَنْ أَدَّاهَا بَعْدَ الصَّلَاةِ فَهِيَ صَدَقَةٌ مِنَ الصَّدَقَاتِ 

 Rasulullah Saw., mewajibkan zakat fitrah untuk menyucikan orang yang puasa dari kejelekan dan untuk memberikan makan bagi orang miskin.  Siapa membayar zakat fitrah sebelum shalat id, merupakan zakat fitrah yang diterima. Dan siapa yang membayar zakat usai shalat id, dianggap sebagai sedekah. (HR Ibnu Majah)

       Disinilah tujuan zakat fitrah yang sebenarnya, yakni untuk menyucikan diri orang yang berpuasa dari segala bentuk kesalahan selama berpuasa. Bahkan di dalam hadits yang lain disebutkan bahwa fungsi dari zakat fitrah itu juga adalah sebagai penyempurna ibadah puasanya, sebagaimana hadits Riwayat Imam Ahmad dari Ibnu Syahin Ra. Raasulullah Saw., bersabda:

شَهْرُ رَمَضَانَ مُعَلَّقٌ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ وَلاَ يُرْفَعُ إلَى اللهِ إلاَّ بِزَكَاةِ الفِطْرِ

   (Puasa pada) bulan Ramadhan digantungkan antara langit dan bumi, tidak diangkat pada Allah kecuali dengan zakat fitrah.

        Selain berfaedah sebagai pembersih jiwa dan penyempurna ibadah puasa, ternyata zakat fitrah bertujuan untuk menumbuhkembangkan sifat tenggang rasa terhadap sesama muslim yang membutuhkan, kaum mustadh’afin (lemah), kaum yang membutuhkan uluran tangan para aghniya. Jangan sampai di hari raya yang mulia ini mereka masih memikirkan kebutuhan pangan. Jangan sampai pada hari raya ini masih ada saudara kita yang bermuram durja, meringis sakit perut karena menahan rasa lapar.

       Inilah kemuliaan agama Islam yang tidak hanya memperhatikan ibadah secara vertikal kepada Allah Swt saja, namun juga memperhatikan kebutuhan sesama muslim yang lemah.

       Jama’ah Ied rahimakumullah,

       Semoga kita semua menjadi muslimin muslimat yang paripurna, yang senantiasa mau dan mampu menyempurnakan ibadah-ibadah vertikal dengan ibadah horizontal, menyempurnakan ibadah mahdhah dengan ibadah ghairu mahdhah. Seperti halnya shalat diakhir dengan salam, ibadah umrah dan haji diakhiri dengan tahalul dan ibadah puasa diakhiri dengan zakat fitrah. Kita semua telah menjadi pribadi-pribadi yang telah kembali kepada fitrahnya. Aamin.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ اْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ 

Khutbah II

Idul Fitri 1443 H

 Ya Allah karuniakanlah kepada kami kebaikan pada hari yang penuh berkah ini, semua kebaikan dan kasih sayang dari setiap apapun yang ada pada hari ini. Jauhkanlah kami dari semua kejelekan yang ada pada hari ini dan kejelekan setiap sesuatu yang ada dan ditimbulkan pada hari ini.

 

اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ

لاإِلهَ إلا اللهُ وَاللهُ أَكْبرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ.

اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَإِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. فَيَاعِبَادَ اللهِ اِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ  قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِيْ كِتَابِهِ اْلعَظِيْمِ إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ أَمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ اَلِهِ وَأًصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِ التَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ. وَعَلَيْنَا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

          Ya Allah, catatlah pada hari nan penuh berkah ini setiap kebaikan dan jadikanlah semua kebaikan yang ada pada hari ini untuk kedua orang tua kami dan jadikanlah kami yang hadir pada perhimpunan di tempat yang Engkau Rahmati ini sebagai hamba-Mu yang Engkau ampuni dari segala kesalahan dan dosa.

       Ya Allah ampunilah dosa-dosa dan kesalahan orang tua kami, dosa dan kesalahan keluarga kami, baik yang masih hidup maupun yang sudah menghadap-Mu. Dan seluruh kaum muslimin muslimat dimana saja berada.

       Ya Allah terimalah ketaatan kami dan ampunilah segala kesahalan dan keburukan yang telah kami perbuat,

Ya Allah perkenankanlah do’a dan pinta kami.

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِماَتِ, وَاْلمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ, اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ يَا قَاضِيَ اْلحَاجَاتِ. رَبَّنَا افْتَحْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ قَوْمِنَا بِاْلحَقِّ وَأَنْتَ خَيْرُ اْلفَاتِحِيْنَ. رَبَّنَا أَتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ  

وَاَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَۙ

وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ