Marah
  • BDK Palembang
  • 26 Agustus 2022
  • 7603x Dilihat
  • Khutbah

Marah

Disampaikan oleh : Dr. Syarif Husain ,S.Ag., M.Si. 

 إِنَّ الْحَمْدَ لِلّٰهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.

اما بعـد...    قال الله تعالى: اَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ

اِذَا جَاۤءَ نَصْرُ اللّٰهِ وَالْفَتْحُۙ وَرَاَيْتَ النَّاسَ يَدْخُلُوْنَ فِيْ دِيْنِ اللّٰهِ اَفْوَاجًاۙ فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُۗ اِنَّهٗ كَانَ تَوَّابًا

       Hadirin kaum muslimin rahimakumullah,

       Pada hari Jum’at penuh berkah ini, saya sebagai khatib mengajak kepada hadirin sekalian, marilah kita selalu bersyukur atas segala nikmat dan karunia yang telah dianugerahkan Allah Swt. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada nabi Muhammad Saw. kepada keluarga, para sahabatnya dan kepada para pengikutnya hingga hari akhir kelak.

       Kemudian, khatib berpesan pula marilah kita tingkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah Swt, dengan takwa yang sebenar-benarnya, berusaha melaksanakan segala perintah-Nya, melaksanakan kebaikan dengan penuh keikhlasan dan berusaha meninggalkan segala bentuk maksiat dan larangan-Nya.

       Kaum muslimin rahimakumllah       

       Dalam realita kehidupan di masyarakat, berdialog, berdiskusi bahkan bercengkerama dengan bagian terkecil dari masyarakat, terkadang kita menghadapi suatu iklim bicara yang kondusif, aman, dan nyaman. Diselingi dengan senda gurau, perasaan sukacita, bahagia dan tertawa. Manakala ada kenikmatan yang muncul lalu tercerminlah raut muka kegirangan, senang dan bahagia, namun manakala ada hal yang mengusik perasaannya, tidak menyenangkan hatinya, sehingga baginya peristiwa itu menyesakkan dadanya, lalu meluaplah emosinya, meledaklah nafsunya, kemudian ia pun marah-marah.  

       Sifat marah ini muncul dari dalam dirinya yang sudah diliputi amarah, maka apabila amarah sudah mengendalikan jiwanya atau dengan kata lain nafsunya sudah mengendalikan jiwanya maka pasti akan menjerumuskan kepada kejahatan. Perhatikan firman Allah dalam surat Yusuf ayat ke-53:

وَمَآ أُبَرِّئُ نَفْسِىٓ ۚ إِنَّ ٱلنَّفْسَ لَأَمَّارَةٌۢ بِٱلسُّوٓءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّىٓ ۚ إِنَّ رَبِّى غَفُورٌ رَّحِيمٌ 

       Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang.

       Ternyata kata amarah adalah berasal dari bahasa al-Qur’an لَأَمَّارَةٌۢ   yang mengindikasikan arti menjurus, mengarah, menyuruh ke arah   kejahatan. Oleh sebab itu setiap sesuatu niat, ucapan dan perbuatan yang dapat memancing kemarahan harus dihindarkan. Begitu juga sebaliknya di saat kita sedang berhadapan dengan orang yang sedang marah, atau jiwanya sudah dikendalikan dengan amarah, maka diamlah.

       Rasulullah Saw. bersabda:

  لاَ تَغْضَبْ أَنَّ رَجُلًا قَالَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَوْصِنِي.

       Ada seorang laki-laki yang berkata kepada nabi Muhammad Saw. Ya Nabi, berikan kami nasihat, Lalu Nabi menasihatinya: Jangan marah! Mungkin merasa sangat simpel pesan yang diberikan, lelaki ini bertanya lagi sampai berulang sampai tiga kali. Nabi selalu menjawab dengan konsisten sebagaimana jawaban yang pertama: Jangan marah! (HR. Bukhari)  

       Kaum muslimin rahimakumullah,

       Dari hadits tersebut terkandung makna bahwa kemuliaan seseorang itu akan tetap terjaga apabila ia bisa mengontrol emosi marahnya, bahkan mengontrol emosi diri sendiri lebih berat dari pada mengontrol musuh. Allah membuat marah itu dari api, maka apabila ada orang yang tersulut emosinya, maka api kemarahannya akan membara dan meletup sehingga darah yang ada di area mata dan wajah akan kelihatan memerah.

       Saat paman Rasulullah Saw. yang bernama Abu Lahab (Abdul Uza bin Abdul Muthalib), paman Nabi ini terkenal dengan ketampanan wajahnya berwarna putih. Pada saat mendengar dakwah Rasulullah, Abu Lahab marah luar biasa sehingga wajahnya yang berwarna putih tadi menjadi merah sambil berucap: Celakalah engkau wahai Muhammad, apakah hanya untuk mendengarkan cerita ini kamu kumpulkan kami di sini! lalu turunlah surat al-Lahab.

       Orang yang sedang marah akan nampak perubahan warna dari kulit luarnya sebagai penampakan dari belakangnya, tidak akan bisa dibohongi, apabila orang sedang marah, kulitnya akan menceritakan hal tersebut dengan sendirinya. Berubah warna kulit apabila sedang marah adalah merupakan buruknya ekspresi dari sebabnya perubahan aura wajahnya. Perihal demikian sebenarnya efek buruk dari bentuk pisiknya. Sedangkan perubahan dari sisi jiwanya orang yang marah itu akan menyimpan emosinya itu dan membawa efek pada kejiwaan, seperti terjadinya kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) itu pasti terjadi karena dimulai dari kemarahan. Seseorang sampai tega menghabisi nyawa seseorang, itu pasti dimulai dari kemarahan yang tersimpan.

      Tidak ada kata lain untuk meredam kemarahan kecuali meredamnya dengan kesabaran. Rumah tangga yang yang diiklimi dan diilhami dengan sipat sabar dari suami dan isterinya, pasti akan mampu menyelesaikan permasalahan dengan tenang, musyawarah dan mufakat, dan tentu dipastikan tidak bakal ada KDRT.

        Kaum muslimin rahimakumullah,

        Redamlah kemarahan dengan kesabaran, karena kesabaran laksana air, dan marah laksana api maka siramlah api dengan air kesabaran, atau bahkan secara pisik orang yang menyadari bahwa ia sedang marah maka lekas-lekas ia mengambil air wudhu, walaupun pada awalnya orang yang sedang marah itu biasanya hilang kesadaran, tidak akan terlintas ingin berwudhu. Munculnya kesadaran itu apabila luapan emosi tersebut sudah tersalurkan melalui tindakan kekerasan.

       Rasulullah Saw. menasehati bahwa orang yang paling kuat adalah orang yang mampu mengendalikan kesabaran pada saat emosi sedang memuncak:

   لَيْسَ الشَّدِيدُ بِالصُّرَعَةِ، إِنَّمَا الشَّدِيدُ الَّذِي يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الغَضَبِ 

       Orang kuat bukanlah orang yang pandai bergulat. Namun orang yang kuat adalah yang bisa mengontrol pribadinya ketika marah.

       Tahanlah rasa amarahmu semaksimal mungkin, karena dampak dari luapan marah akan disesali sepanjang hayat. Luapan emosi kemarahan yang tidak terkendali akan mengakhiri kehidupan rumah tangga. Marah yang tidak terkendali akan memutuskan tali silaturrahim. Marah yang liar akan merenggangkan hubungan persaudaraan. Luapan marah yang diekspresikan melalui tindakan kekerasan akan menghilangkan nyawa orang lain, dan begitu seterusnya dampak negatif dari sifat marah akan menghancurkan, merusak dan menjerumuskan ke lembah kehancuran dan kebinasaan.

       Rasulullah Saw. menggembirakan kita bagi yang lambat marah  dan mengecam orang yang cepat marah, dengan sabdanya dari hadits riwayat Imam Ahmad:

  إِنَّ خَيْرَ الرِّجَالِ مَنْ كَانَ بَطِيءَ الْغَضَبِ سَرِيعَ الرِّضَا وَشَرِّ الرِّجَالِ مَنْ كَانَ سَرِيعَ الْغَضَبِ بَطِيءَ الرِّضَا 

       Sesungguhnya, sebaik-baik orang adalah orang yang lambat meletup emosinya dan cepat meridlai, sedangkan seburuk-buruk orang adalah orang yang cepat marah dan lambat meridlai. (HR. Ahmad).

       Kaum muslimin jama’ah Jum’at rahimakumullah

       Apakah kita ingin memiliki sifat tidak mudah marah?

       Mari kita perhatikan kiat-kiatnya yang sering dinasihatkan oleh para ulama:

       Pertama, bacalah ta’awudz, pada saat kita sadar akan terpancing oleh kemarahan yang disebabkan dengan ucapan yang menyakitkan atau perbuatan orang lain yang memancing kemarahan, maka cepat cepatlah membaca ta’awudz. 

       Pesan Nabi Saw:

إِنِّي لَأَعْلَمُ كَلِمَةً، لَوْ قَالَهَا لَذَهَبَ عَنْهُ مَا يَجِدُ، لَوْ قَالَ: أَعُوذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ

       Sesungguhnya aku ini mengetahui ada sebuah kalimat yang jika dibaca, kemarahan itu akan hilang yaitu jika dia membaca ta’awudz.

       Kedua, berwudhulah jika engkau merasa marah.

إِنَّ الْغَضَبَ مِنَ الشَّيْطَانِ وَإِنَّ الشَّيْطَانَ خُلِقَ مِنَ النَّارِ وَإِنَّمَا تُطْفَأُ النَّارُ بِالْمَاءِ فَإِذَا غَضِبَ أَحَدُكُمْ فَلْيَتَوَضَّأْ  

       Kemarahan itu dari setan, sedangkan setan terbuat dari api. Api hanya bisa padam dengan air. Jika di antara kalian marah, berwudhulah. (HR. Ahmad)  

       Ketiga, duduklah, Rasulullah bersabda dalam riwayat Ahmad:

 إِذَا غَضِبَ أَحَدُكُمْ وَهُوَ قَائِمٌ فَلْيَجْلِسْ فَإِنْ ذَهَبَ عَنْهُ الْغَضَبُ وَإِلَّا فَلْيَضْطَجِعْ  

       Apabila di antara kalian ada yang marah dalam keadaan berdiri, duduklah, jika marah tidak bisa hilang, tidur dengan posisi miring.

       Keempat, diamlah.

       Rasulullah bersabda:   عَلِّمُوا وَيَسِّرُوا وَلَا تُعَسِّرُوا  

       Mengajarlah kalian, berikan kemudahan, jangan mempersulit masalah.   وَإِذَا غَضِبَ أَحَدُكُمْ فَلْيَسْكُتْ   Jika di antara kalian ada yang marah, maka diamlah. (HR. Ahmad).  

       Kelima, sujudlah, maksudnya segera ambil air wudhu lalu shalat sunnah dua raka’at.

       Semoga kita terpelihara dari sifat marah dan dihindarkan dari dampak sifat marah.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ مَا تَسْمَعُوْنَ وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ اْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

 

 

Khutbah kedua:

 

اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أَنْعَمَنَا بِنِعْمَةِ الْاِيْمَانِ وَالْاِسْلَامِ. وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَيْرِ الْأَنَامِ. وَعَلٰى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ الْكِرَامِ. أَشْهَدُ اَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ الْمَلِكُ الْقُدُّوْسُ السَّلَامُ وَأَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَاحِبُ الشَّرَفِ وَالْإِحْتِرَامِ.

 أَمَّا بَعْدُ. فَيَاأَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى اِنَّ اللهَ وَ مَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يٰأَيُّهَا الَّذِيْنَ أٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَ سَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلٰى أٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ فْي الْعَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

اَللّٰهُمَّ وَارْضَ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ. وَعَنْ اَصْحَابِ نَبِيِّكَ اَجْمَعِيْنَ. وَالتَّابِعِبْنَ وَتَابِعِ التَّابِعِيْنَ وَ تَابِعِهِمْ اِلٰى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالطَّاعُوْنَ وَالْاَمْرَاضَ وَالْفِتَنَ مَا لَا يَدْفَعُهُ غَيْرُكَ عَنْ بَلَدِنَا هٰذَا اِنْدُوْنِيْسِيَّا خَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِ بِلَادِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ.

رَبَّنَا اٰتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِي الْاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ. عِبَادَ اللهِ اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ. يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ.

فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ. وَ اشْكُرُوْهُ عَلٰى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ. وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرُ