Memperkuat Keberagaman Dengan Moderasi Beragama
  • Yeni Lesmana Dewi
  • 25 April 2024
  • 33x Dilihat
  • Berita

Memperkuat Keberagaman Dengan Moderasi Beragama

“Moderasi beragama sebagai benteng pertahanan dalam menjaga keberagaman. Keragaman budaya, bahasa, dan adat istiadat adalah kekayaan yang perlu dijaga. Dan moderasi beragama adalah kuncinya” pernyataan yang disampaikan oleh Dr. H. Saefudin, S.Ag, M.Si, sosok yang karismatik dan penuh semangat, ketika memberikan materi pada Pelatihan Pengguatan Penggerak Moderasi Beragama di Balai Diklat Keagamaan (BDK) Palembang pada rabu 24 April 2024.

 

Dihadapan peserta Saefudin menyampaikan bahwa BDK Palembang tidak hanya menjadi pusat pelatihan, tetapi juga kiblat bagi penguatan moderasi beragama. Di tengah tantangan zaman yang kompleks, BDK diberi tugas berat untuk terus memperkuat moderasi beragama yang inovatif. Tidak hanya sekadar pelatihan bagi ASN di berbagai tingkatan, tetapi sebuah perjalanan yang memacu keunggulan melalui tahapan yang terstruktur, seperti Training of Trainers (TOT) dan asesmen.

 

Saefudin mengingatkan bahwa tujuan ikut pelatihan bukan sekadar mengisi jam, tetapi membangun karakter. Peserta diajak untuk menjadi ASN teladan yang moderat, menjadi role model, menjadi agen perubahan dalam mewujudkan moderasi beragama yang harmonis, yang memiliki kapasitas untuk menghargai perbedaan, dan menghormati martabat manusia. Dalam materinya, Saefudin menyampaikan empat indikator utama dalam moderasi beragama:

 

Yang pertama Komitmen Kebangsaan, Menumbuhkan rasa cinta dan kebanggaan pada tanah air Indonesia, seperti semangat yang membara ketika Timnas sepak bola kita meraih kemenangan.

 

Yang kedua Anti Kekerasan, Menolak keras segala bentuk kekerasan dalam penyelesaian konflik, karena penyelesaian yang damai adalah cerminan dari sikap yang moderat.

 

Selanjutnya Toleransi, Menyadari bahwa keberagaman adalah anugerah, dan menghargai perbedaan adalah kunci untuk harmoni. “Jangan memaksakan apa yang kita sukai kepada orang lain yang belum tentu suka dengan apa yang kita sukai tersebut”

 

Dan indikator yang terakhir Penerimaan terhadap Tradisi dan Kearifan Lokal, Menyadari bahwa kearifan lokal adalah sumber kekayaan budaya yang perlu dijaga, dan menghormati tradisi adalah cermin dari kedewasaan.