MENARIK BENANG MERAH DARI BULAN DZULQA’DAH
  • 2 Juni 2022
  • 5813x Dilihat
  • Khutbah

MENARIK BENANG MERAH DARI BULAN DZULQA’DAH

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ  أَمَرَنَا بِتَرْك الْمَنَاهِيْ وَفِعْلِ الطَّاعَاتِ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدنا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِي بِقَوْلِهِ وَفِعْلِهِ إِلَى الرَّشَادِ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ الْهَادِيْنَ لِلصَّوَابِ وَعَلَى التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْمَآبِ أَمَّا بَعْدُ، فَيَااَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، اِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِه وَلَاتَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْـتُمْ مُسْلِمُوْنَ فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنْ تَتَّقُوا اللّٰهَ يَجْعَلْ لَّكُمْ فُرْقَانًا وَّيُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّاٰتِكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْۗ وَاللّٰهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيْمِ 


     Kaum muslimin,  

       Wa zumratal mu’min rahimakumullah,

       Pada hari jum’at istimewa dan penuh rahmat ini saya mengingatkan kepada hadirin untuk selalu bersyukur kepada Allah atas berbagai nikmat dan karunia-Nya, dan mengajak untuk selalu bertakwa kepada Allah Swt. Marilah kita selalu istiqamah dalam keimanan dan ketakwaan kepada-Nya. Dengan takwa inilah, semoga kita dimasukkan ke dalam golongan orang-orang yang mendapat kemuliaan di sisi Allah Swt.

اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ

       Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa (al-Hujraat: 13)

       Jamaah Jum’at rahimakumullah,

       Alam dunia yang diciptakan Allah Swt. lalu diisi oleh-Nya dengan makhluk-makhluk, baik manusia, hewan tumbuh-tumbuhan, serta perjalanan dari waktu ke waktu. Kemudian diantara waktu yang Dia ciptakan ada waktu yang diistimewakan, begitu juga diantara makhluknya ada yang diistimewakan. Allah melebihkan yang satu dengan lainnya, baik berkenaan dengan waktu, tempat dan manusia itu sendiri. Allah melebihkan manusia yang satu dengan lainnya dengan takwanya. Allah mengistimewakan sepertiga malam terakhir dengan waktu lainnya.  Kemudian, pada sebagian tempat, Allah jadikan lebih utama daripada sebagian yang lain, seperti halnya kawasan tanah haram di Makkah al-Mukarramah, lalu kawasan Raudhah di masjid Nabawi dan kawasan masjid al-Aqsa di Palestina. Kemudian hari jum’at dilebihkan dan diistimewakan oleh Allah dibandingkan dengan hari yang lain dengan gelar khusus sayyidul ayyam (penghulunya hari-hari).

       Begitu juga dengan bulan, ada bulan yang diistimewakan dan diutamakan oleh Allah di atas bulan lainnya, seperti halnya keistimewaan bulan Ramadhan dibanding dengan bulan lainya. Begitu juga kelebihan bulan Dzulqa’dah, dimana saat ini kita sedang berada di dalamnya. Bulan ini terdapat keistimewaan apabila dibanding dengan bulan-bulan lainnya. Dzulqa’dah adalah bulan pertama yang disusun dari urutan bulan-bulan yang diharamkan (diagungkan) oleh Allah. Sebagaimana firman-Nya dalam al-Qur’an surat at-taubah ayat ke-36:

 

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ   

       Sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah ialah dua belas bulan, sebagaimana dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan yang diagungkan.

       Kaum muslimin rahimakumullah,

 Memang, pada ayat tersebut Allah Swt. tidak menyebutkan secara langsung nama-nama bulan haram (agung) sebagaimana dimaksud. Oleh sebab itu para sahabat bertanya kepada Rasulullah tentang nama-nama bulan yang diagungkan dimaksud pada ayat tersebut. Lalu Rasulullah menjawab sebagaimana sabdanya:

الزَّمَانُ قَدِ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ، السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا، مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ، ثَلاَثَةٌ مُتَوَالِيَاتٌ ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ، وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِى بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ

       Setahun berputar sebagaimana keadaannya sejak Allah menciptakan langit dan bumi. Satu tahun itu ada dua belas bulan. Di antaranya ada empat bulan haram (suci). Tiga bulannya berturut-turut yaitu Dzulqa’dah, Dzulhijjah dan Muharram. (Satu bulan lagi adalah) Rajab Mudhor yang terletak antara Jumadal akhir dan Sya’ban. (Mutafaq Alaih)

       Kaum muslimin rahimakumullah,

       Apabila kita memperhatikan tentang kelebihan dan keutamaan bulan Dzulqa’dah dilihat dari sisi sejarah, maka akan kita dapatkan beberapa peristiwa yang mengindikasikan bahwa bulan Dzulqa’dah tersebut memiliki beberapa keistimewaan, sehingga dikategorikan oleh Allah salah satu bulan haram, agung dan mulia, diantaranya:

       Pertama, bulan Dzulqa’dah adalah susunan bulan pertama yang disebut oleh Allah dari urutan bulan-bulan mulia (haram) (Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab).

       Kedua, bulan Dzulqa’dah adalah termasuk dari salah satu bulan-bulan haji, karena Syawal, Dzulqa’dah Dzulhijjah ditetapkan oleh Allah sebagai bulan-bulan haji. Oleh sebab itu bagi kaum muslimin yang sudah berketetapan dan ada kepastian keberangkatannya, maka pada saat masuk bulan Syawal disunnahkan untuk membaca talbiyah, karena bulan Syawal adalah termasuk salah satu bulan haji dan dimulainya waktu pelaksanaan ibadah haji yang lebih lazim disebut miqat zamani.  

       Ketiga, bahwasannya Rasulullah Saw. tidak pernah melakukan ibadah umrah kecuali pada bulan Dzulqa’dah. Sebagaimana ditegaskan dalam hadits riwayat Imam Bukhari dari Anas bin Malik, bahwa Rasulullah Saw. bersabda:

اعْتَمَرَ رَسُولُ اللهِ صلعم أَرْبَعَ عُمَرٍ، كُلَّهُنَّ فِي ذِي القَعْدَةِ، إِلَّا الَّتِي كَانَتْ مَعَ حَجَّتِهِ، عُمْرَةً مِنَ الحُدَيْبِيَةِ فِي ذِي القَعْدَةِ، وَعُمْرَةً مِنَ العَامِ المُقْبِلِ فِي ذِي القَعْدَةِ، وَعُمْرَةً مِنَ الجِعْرَانَةِ، حَيْثُ قَسَمَ غَنَائِمَ حُنَيْنٍ فِي  ذِي القَعْدَةِ، وَعُمْرَةً مَعَ حَجَّتِهِ

       Rasulullah Saw. berumrah sebanyak empat kali, semuanya pada bulan Dzulqa’dah kecuali umrah yang dilaksanakan bersama haji beliau, yaitu satu umrah dari Hudaibiyah, satu umrah pada tahun berikutnya, satu umrah dari Ji’ranah ketika membagikan rampasan perang Hunain dan satu lagi umrah bersama haji. (Bukhari).

       Keempat, sebagaimana diterangkan dalam kitab tafsir, bahwa bulan Dzulqa’dah adalah 30 malam yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam al-Qur’an surat al-A’raf ayat 142:

وَوَاعَدْنَا مُوسَى ثَلَاثِينَ لَيْلَةً وَأَتْمَمْنَاهَا بِعَشْرٍ فَتَمَّ مِيقَاتُ رَبِّهِ أَرْبَعِينَ لَيْلَةً، وَقَالَ مُوسَى لِأَخِيهِ هَارُونَ اخْلُفْنِي فِي قَوْمِي وَأَصْلِحْ وَلَا تَتَّبِعْ سَبِيلَ الْمُفْسِدِينَ   

       Dan Kami telah menjanjikan kepada Musa untuk memberikan kepadanya kitab Taurat setelah berlalu tiga puluh malam (bulan Dzulqa’dah), dan Kami sempurnakan jumlah malam itu dengan sepuluh malam lagi (sepuluh malam pertama bulan Dzulhijjah), maka sempurnalah waktu yang telah ditentukan Tuhannya menjadi empat puluh malam. Dan Musa berkata kepada saudaranya (Harun). Gantikanlah aku dalam memimpin kaumku, dan perbaikilah dirimu dan kaummu, dan janganlah engkau mengikuti jalan orang-orang yang berbuat kerusakan.  

       Kaum muslimin rahimakumullah,

       Semoga kita dapat mengambil benang merah atau hikmah dari keistimewaan bulan Dzulqa’dah ini, dan kita manfaatkan sebaik-baiknya untuk meningkatkan dan menambah pundi-pundi amal shaleh. Kaum muslimin yang sempurna adalah yang senantiasa memanfaatkan momen-momen tertentu untuk meningkatkan amal kebajikan. Waktu tidak akan bisa terulang kembali, maka dari itu jangan pernah menyia-nyiakan waktu yang ada saat ini, apalagi waktu istimewa dan hari penting. Waktu adalah anugerah yang dianugerahkan Allah untuk orang yang dipercaya, jangan disia-siakan. Sebagaimana Allah bersumpah dengan waktu dalam al-Qur’an surat al-‘Ashr. Hanya orang-orang yang rugi yang menyia-nyiakan waktu.

       Semoga kita menjadi orang beruntung karena pandai memanfaatkan waktu, terutama waktu isrtimewa.           

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ مَا تَسْمَعُوْنَ وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ اْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ