Moderasi Beragama: Landasan Harmoni dalam Keberagaman
INDRALAYA (21/3), Bertempat di Aula Kantor Kementerian Agama Kabupaten Ogan Ilir, Dr. H. Saefudin, S.Ag, M.Si, selaku Kepala Balai Diklat Keagamaan Palembang, memberikan materi Sistem Pelatihan Kementerian Agama pada Pelatihan Penggerak Penguatan Moderasi Beragama Bagi Tenaga Keagamaan Angkatan III Tahun 2024.
Dalam materi yang disampaikan, Dr. Saefudin menekankan pentingnya meningkatkan kompetensi bagi seluruh pegawai Kementerian Agama. Hal ini merupakan bagian dari mandat yang diberikan kepada Balai Diklat Keagamaan Palembang untuk meningkatkan kualitas tenaga keagamaan.
Pelatihan penguatan moderasi beragama ini tidak hanya diberikan kepada pegawai ASN, tetapi juga kepada Non ASN. Dr. Saefudin menyampaikan keyakinannya bahwa peserta telah menerima banyak materi tentang moderasi beragama dari para Widyaiswara selama pelatihan.
Dalam sesi diskusi, Dr. Saefudin mengajak peserta untuk berpikir tentang apa yang terlintas dalam benak mereka ketika mendengar konsep moderasi beragama. Peserta merespons dengan menyebutkan kata-kata seperti moderat, toleransi, berimbang, dan merangkul sebagai indikator dari seseorang yang mempraktikkan moderasi beragama.
Dr. Saefudin kemudian menjelaskan mengapa moderasi beragama begitu penting, khususnya bagi bangsa Indonesia yang memiliki keberagaman yang sangat kaya. Ia menyatakan bahwa keberagaman ini dapat menjadi pemicu konflik jika tidak diiringi dengan pemahaman moderasi yang memadai.
“Nilai-nilai moderasi seperti keseimbangan, toleransi, dan menghargai perbedaan menjadi sangat penting untuk ditanamkan dalam masyarakat”, Jelas Saefudin
Indonesia sebagai negara yang beragam suku, bahasa, dan agama, menuntut adanya kesadaran akan pentingnya moderasi. Dr. Saefudin menegaskan bahwa moderasi beragama merupakan upaya untuk menghormati perbedaan, agar tidak terjadi konflik yang berkepanjangan. Selain itu, moderasi juga berarti menghargai hak asasi manusia, tanpa melanggar hak orang lain.
Pelatihan ini menegaskan bahwa moderasi beragama bukan hanya sebuah konsep, tetapi juga sebuah upaya nyata untuk memanusiakan manusia dan membangun harmoni di tengah keberagaman. Dengan demikian, nilai-nilai moderasi diharapkan dapat menjadi landasan yang kokoh bagi seluruh tenaga keagamaan di Indonesia. (Gta)