Rektor UIN FAS : Jejak Nilai Kerukunan dalam Moderasi Beragama Sejak Zaman Wali Songo
Bengkulu (13/5), Sempat rehat satu pekan, BDK Palembang kembali menyelenggarakan Pelatihan di Wilayah Kerja (PDWK). Kali ini PDWK dilaksanakan di 4 lokasi, salah satunya di UIN Fatmawati Soekarno Bengkulu.
Dua pelatihan yang dilaksanakan di kampus kebanggaan masyarakat Bengkulu tersebut, yaitu Pelatihan Penggerak Moderasi Beragama Angkatan IV dan Pelatihan Teknis Penilaian Kineja PNS Angkatan II.
Pada upacara pembukaan, Rektor UIN FAS, Prof. Dr. KH. Zulkarnain, M.Pd hadir secara langsung, didampingi oleh Kepala Biro Administrasi Umum, Perencanaan, dan Keuangan, Dr. Drs. Mukhlisuddin, S.H, M.A. Keempat Widyaiswara, yaitu Drs. Abu Bakar, M.M, H. Novirdiyanto, S.Ag., M.Pd.I., Aan Nopriandi, S.IP, M.Si. dan Atika Y. Ferdina, M.B.A., serta enam orang panitia turut hadir dalam pembukaan yg diselenggarakan di aula Prof. Drs. KH. Djamaan Nur tersebut.
Pembukaan diawali dengan laporan ketua panitia yang disampaikan oleh Mona Arida Oktaria, S.IP. Selanjutnya kata sambutan dan pembukaan secara resmi oleh rektor UIN FAS. Dalam sambutannya, profesor berkacamata tersebut menceritakan tentang jejak nilai kerukunan moderasi beragama di Indonesia. Menurutnya, moderasi beragama di Indonesia harusnya sangat mudah diterima dan dilestarikan karena sejak dahulu sudah diajarkan dan dibudayakan oleh para Wali Songo.
Zulkarnain mencontohkan dahulu Sunan Kudus sangat menghargai perbedaan keyakinan, salah satu peninggalan dari Sunan Kudus yg terkenal adalah permintaannya kepada masyarakat untuk tidak memotong hewan kurban sapi dalam perayaan Idul Adha untuk menghormati masyarakat penganut agama Hindu dengan mengganti kurban sapi dengan memotong kurban kerbau, pesan untuk memotong kurban kerbau ini masih banyak ditaati oleh masyarakat Kudus hingga saat ini. “Bahkan di Kudus sana, tidak ada soto dengan daging sapi, adanya daging kerbau, sebegitu menghargainya perbedaan untuk nilai kerukunan” ujar Zulkarnain
Zulkarnain juga menyampaikan bahwa nilai kerukunan itu sendiri sejatinya sudah ada di diri kita semua. “coba saya tanya ke ibu-ibu semua, kalau ke Jawa Tengah, wisatanya kemana? ke Candi kan? Candi itu apa penuh dengan nilai agama Islam? bukan, itu dipenuhi dengan nilai dan sejarah masyarakat hindu atau budha. Lalu kenapa ibu-ibu masih mau kesana? karena sejatinya kita menghargai perbedaan itu sendiri.” Jelas Zulkarnain
Pria yang dikukuhkan menjadi guru besar pada akhir 2022 lalu tersebut juga menghimbau kepada seluruh peserta untuk benar-benar menginternalisasi nilai yang ada di dalam moderasi beragama. Karena menurutnya ASN kementerian agama adalah “mbah” nya (neneknya) moderasi beragama.