SELAMAT DATANG BULAN SUCI RAMADHAN
  • Yeni Lesmana Dewi
  • 17 Maret 2023
  • 15274x Dilihat
  • Berita

SELAMAT DATANG BULAN SUCI RAMADHAN

  اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِىْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدىْ وَدِيْنِ الْحَقِّ. لِيُظْهِرَهُ عَلى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْكَرِهَ الْمُشْرِكُوْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لآإِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلى خَاتَمِ اْلاَنْبِيَآءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، مُحَمَّدٍ وَّعَلى آلِهِ وَصَحْبِهِ أجْمَعِيْنَ. 

أَمَّا بَعْدُ، .... 

فَيَا عِبَادَ اللهِ اِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ قَالَ تَعَالَى : إِنَّ اللهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ 

      

       Hadirin kaum muslimin jamaah Jum’at rahimakumullah,

       Pada hari yang penuh rahmat dan berkah ini, saya selaku khatib mengingatkan diri saya sendiri dan kepada hadirin sekalian, marilah kita tingkatkan iman dan takwa kepada Allah Swt. Sebab dengan hidayah dan inayah-Nya yang telah dianugerahkan kepada kita, serta kesehatan yang telah dicurahkan, saat ini kita hadir kembali di masjid yang kita cintai ini, untuk memenuhi panggilan Allah menunaikan kewajiban kita, melaksanakan ibadah pada hari Jumat terakhir di bulan Syakban 1444 H.

       Shalawat serta salam semoga Allah Swt. limpahkan kepada suri tauladan kita baginda Nabi Muhammad Saw. dan semoga tercurah pula kepada keluarga dan para sahabatnya yang setia dan taat menjalankan syariat serta mengikuti sunnahnya hingga yaumil akhir kelak. 

       Maasyiral muslimin wa Jumratal mu’minin rahimakumullah, 

        Hari ini adalah hari Jum’at terakhir di bulan Syakban 1444 H/2023 M. Tentu apabila Allah menghendaki kita umur panjang, Insya Allah Jum’at depan kita sudah melaksanakan puasa wajib di bulan Ramadhan tahun 1444 H. Kita semua sudah memahami bahwa bulan Ramadhan adalah bulan mulia, bulan Sayyidusysyuhur (penghulunya segala bulan). Suatu bulan yang kehadirannya selalu ditunggu-tunggu oleh orang-orang yang beriman, karena di dalamnya penuh dengan rahmat dan keberkahan. Amaliah sunnah akan mendapat nilai kebaikan menjadi seperti ibadah wajib sedangkan ibadah wajib akan berlipat sampai berpuluh kali lipat. 

   Jumhur ulama bersepakat bahwa bulan Ramadhan adalah bulan paling agung dan mulia. Di dalamnya terdapat curahan rahmat, lautan ampunan dosa dan kesalahan, serta jaminan dari Sang Khaliq menjadi bulan pembebasan dari siksa neraka. Hal ini tentu dijanjikan bagi hamba-hamba-Nya yang serius mengabdi dan beribadah mengisi kegiatan di bulan suci Ramadhan. Bagi manusia yang tidak beriman bahkan mengingkari kewajiban puasa tentu tidak termasuk manusia yang bakal mendapat jaminan bebas dari api neraka tersebut. Dalam hadits Qudsi Allah Swt. menegaskan tentang keutamaan Ramadhan sebagai berikut: 

كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ إِلاَّ الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ  

       Semua amal manusia adalah miliknya, kecuali puasa, sesungguhnya ia adalah milik-Ku dan Akulah yang akan memberikan balasannya.

       Hadits Qudsy ini menegaskan betapa istimewa dan spesialnya bulan suci Ramadhan, dikukuhkan oleh Sang Khaliq dengan kalimat bahwa bulan Ramadhan itu milik-Nya, dan Dia (Allah) sendiri yang akan memberikan ganjaran pahalanya. Mengapa demikian? Ya, tentu karena di dalam bulan suci Ramadhan ada ibadah khusus, yakni ibadah shaum atau puasa, bagi orang yang melaksanakan ibadah puasa tidak akan pernah bisa dilihat dan tidak akan terdeteksi oleh orang lain, apakah seseorang itu puasa atau tidak. Orang lain tidak akan mengetahuinya, karena hanya Allah dan si pelaku saja yang mengetahui bahwa seseorang itu berpuasa.

       Berbeda sekali dengan ibadah lain, misalnya seperti shalat, orang lain akan mengetahuinya apabila seseorang melakukan shalat, apalagi shalat berjamaah, atau mengeluarkan zakat, maka orang lain akan tahu manakala kita melaksanakannya, begitu juga pelaksanaan ibadah haji, pasti orang banyak mengetahuinya. 

       Ibadah puasa mempunyai hubungan langsung dengan Allah Swt. melebihi ibadah-ibadah lainnya, pelaku ibadah puasa telah melakukan komunikasi langsung dengan Penguasa langit dan bumi serta isinya. Orang-orang yang berpuasa telah melakukan komunikasi yang sangat dekat dengan tuhan-Nya. Sehingga kedekatan dengan-Nya akan membuahkan hasil, mereka menjadi pribadi yang bertakwa dan mulia dihadapan tuhan-Nya. Lebih istimewanya lagi, orang beriman itu apabila dikunjungi bulan suci Ramadhan, ia merasa sangat senang dan bahagia. Mereka menyambutnya dengan perasaan penuh sukacita. Mereka seolah-oleh sudah mendapat keberkahan dari Allah dengan dipertemukannya bulan Ramadhan. Mereka berharap bahwa Allah akan merahmati, memberkahi, meridhai, bahkan membebaskannya dari siksa api neraka. Kiranya inilah ilustrasi gambaran Rasulullah Saw. dalam riwayat Imam Nasa’i:

مَنْ فَرِحَ بِدُخُوْلِ رَمَضَانَ حَرَّمَ اللهُ جَسَدَهُ عَلَى النِّيْرَانِ

       Siapa yang bergembira dengan datangnya Ramadhan, Allah akan mengharamkan jasadnya dari semua neraka.

       Sekalipun hadits tersebut terjadi ikhtilaf dalam keshahihannya, bahkan ada ulama mengkategorikan hadits dha’if, akan tetapi hadits tersebut dapat menggugah semangat umat muslim yang beriman untuk bersemangat meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadah di bulan Ramadhan, terutama dengan pelaksanaan ibadah puasa Ramadhan. Kemudian memaknai senang, bergembira dalam kalimat hadits tersebut, tentu bukan hanya senang yang diaplikasikan dengan hura-hura, akan tetapi senang karena berharap akan rahmat, berkah dan ampunan Allah Swt. Perihal ini juga digambarkan pada perilaku Rasulullah Saw. karena beliau sangat berharap akan kedatangan bulan Ramadhan, pada saat datang bulan Rajab beliau berdoa, seperti termaktub dalam hadits riwayat Imam Ahmad dari Anas bin malik: 

اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْ رَجَبَ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ 

       Ya Allah, berkahilah kami pada bulan Rajab dan bulan Syaban dan sampaikanlah (pertemukanlah) kami dengan bulan Ramadhan.

       Saudaraku rahimakumullah

       Jelas sekali bahwa beliau bukan hanya meminta keberkahan pada bulan Rajab dan Sya’ban saja, akan tetapi beliau menginginkan dan merindukan agar umurnya sampai ke bulan Ramadhan. Berarti Rasulullah Saw. menganggap bahwa bulan Ramadhan adalah momen yang paling utama untuk lebih meningkatkan amal dan ibadah. Beliau melakukan persiapan khusus sejak bulan Syakban, diantaranya dengan banyak melakukan puasa sunnah.

       Kaum muslimin rahimakumullah

       Persiapan-persiapan itulah yang mengindikasikan bahwa Rasulullah Saw. sangat senang dan berharap akan datangnya bulan Ramadhan. Oleh sebab itu persiapkanlah rohani-jasmani kita sejak sekarang, (Rajab dan Syakban), apakah kita sudah menata niat dan membersihkan hati kita dengan baik? kesenangan akan datangnya bulan Ramadhan tersebut apakah hanya kesenangan demi keuntungan duniawi saja, atau hanya untuk mencari besarnya pahala? Semoga dibalik itu semua, kita mampu menata niat dengan ikhlas, dan tidak hanya mencari keuntungan duniawi saja, akan tetapi ingin menggapai ridha Allah menjadi pribadi yang muttaqin.

       Kaum muslimin rahimakumullah,

       Ternyata, keberkahan Ramadhan bukan hanya dinikmati oleh kaum Muslimin saja, dan keberkahannya pun bukan hanya keberkahan beribadah yang akan berlipat-lipat nilai kebaikan dan pahalanya, akan tetapi keberkahan Ramadhan akan dirasakan pula oleh para pengusaha, pegawai, pemilik kios-kios pasar. Mereka akan mendapatkan omzet dengan berlipat-lipat, dan inilah yang membuat mereka senang akan datangnya bulan Ramadhan.

       Seorang ulama sufi Syekh Abdul Qadir Al-Jailani memberikan pesan-pesan rohani kepada kaum muslimin pada saat menyambut datangnya bulan suci Ramadhan, agar kaum muslimin menyucikan diri dari kesalahan dan dosa, dan bertobat dari kesalahan-kesalahan tersebut. Secara logika, kita pun apabila mendengar informasi akan kedatangan tamu sahabat kita, tentu kita akan mempersiapkan diri kita dengan memakai pakaian baik, merapihkan ruang tamu sehingga tersusun rapi, memakai aroma/parfum, dan seterusnya. Begitu pula manakala kita akan kedatangan tamu agung yang bernama bulan suci Ramadhan, tentu kita harus mempersiapkan segala-galanya, karena tamu agung tersebut sangat diidam-idamkan kedatangannya.  

       Kaum muslimin jama’ah Jumat rahimakumllah,

       Selanjutnya Rasulullah Saw. berpesan agar kaum muslimin selalu mengintrospeksi terhadap perilaku serta mengevaluasinya apakah terjadi peningkatan dari tahun ke tahun berikutnya atau stagnan atau bahkan mundur. Dengan demikian, Ramadhan bukan hanya dijadikan bulan untuk meningkatkan kuantitas ibadah saja, akan tetapi untuk memacu dan memicu ketulusikhlasan dalam beribadah di bulan Ramadhan. Bulan Ramadhan jangan hanya dijadikan ajang peningkatkan jumlah ibadah saja, namun nilai ketulusikhlasan juga harus menjadi prioritas utama. Sebagaimana ditegaskan Allah dalam al-Qur’an surat al-Bayyinah ayat ke-5:

وَمَآ اُمِرُوْٓا اِلَّا لِيَعْبُدُوا اللّٰهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ ەۙ  

       Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah dengan ikhlas menaati-Nya semata-mata karena (menjalankan) agama.

       Ramadhan bukan semata ajang penambahan kuantitas ritual ibadah saja, akan tetapi juga kualitas penghambaan diri kita kepada Allah Swt. Persiapan rohani ini penting supaya amal kita selama bulan puasa berjalan lancar dan berkah. Lancar, karena kita secara mental sudah siap sedia, baik untuk menunaikan rangkaian ibadah wajib dan sunnah serta menghalau dosa dan maksiat. Berkah, karena nilai akhir dari syari’at itulah yang kita harapkan. memperoleh keberkahan umur, keberkahan rezeki, keberkahan dengan anak dan turunan dan seterusnya.

       Janganlah kita termasuk hamba-hamba Allah yang dikritik oleh Rasulullah Saw. dalam hadits riwayat Imam Thabrani: 

 كَمْ مِنْ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إِلَّا الْجُوعُ 

       Banyak orang yang berpuasa, namun ia tak mendapatkan apa pun dari puasanya selain rasa lapar saja.    

       Jamaah shalat Jum’at rahimakumullah,

       Sesungguhnya puasa Ramadhan itu tidak hanya sekadar melaksanakan kewajiban salah satu dari rukun Islam saja, akan tetapi kita berharap ingin mendapatkan nilai-nilai lebih dan hikmah-hikmah yang terdapat di dalamnya dapat kita raih. Puasa membawa makna imsak yang berarti menahan. Melalui persiapan rohani yang matang, kita merasa senang akan datangnya bulan Ramadhan yang diharapkan, bisa menahan gejolak nafsu yang mungkin menyenangkan tapi sebetulnya menjerumuskan. 

       Di era media sosial dengan berkembangnya teknologi informasi yang semakin canggih dan nyaris tak terkendali, kita bisa menyaksikan bagaimana sikap berlebih-lebihan diumbar, kemaksiatan begitu vulgar dipertontonkan, kebencian disebarkan, ketidakadilan terpapar, berita hoaks sudah menjadi bumbu berita, caci maki disasar begitu nyata, dan bebagai macam hiruk pikuk kemaksiatan ada di media sosial. 

       Semoga kita semua selamat dan terjaga dari akhlak dan perilaku tercela. Mari kita sambut dan kita lalui hari-hari Ramadhan kedepan dengan hati yang bersih, pikiran yang tenang, dan perilaku yang maslahat bagi semua orang. Semoga Ramadhan kali ini mampu mengantarkan kita menjadi pribadi yang mukhlisin muttaqien. 

 بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ مَا تَسْمَعُوْنَ وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ اْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمِ

 بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ هَذَا الْيَوْمِ الْكَرِيْمِ، 

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ



 Khutbah kedua: 

 اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. 

أَشْهَدُ أَنْ لَّا إلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ 

أَمَّا بَعْدُ ... فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ، وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا. 

اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. 

اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، 

اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ عِبَادَ اللهِ،

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ