Tanamkan Kepercayaan Diri, Public Speaking sebagai Napas Pemimpin
  • Yeni Lesmana Dewi
  • 30 September 2025
  • 1x Dilihat
  • Berita

Tanamkan Kepercayaan Diri, Public Speaking sebagai Napas Pemimpin

Palembang (30/9) — Di bawah langit pagi yang cerah, 80 peserta Latsar CPNS Kementerian Agama Golongan III Gelombang V Angkatan IX dan X berdiri tegap di Lapangan Balai Diklat Keagamaan (BDK) Palembang. Mereka bukan sekadar peserta pelatihan, melainkan calon pemimpin bangsa yang tengah ditempa dalam bara integritas dan semangat pengabdian.

Apel pagi kali ini dipimpin oleh Widyaiswara Pertama, Atika Yusni Ferdina, M.B.A. sosok yang tak hanya mengajar, tetapi juga menginspirasi. Didampingi Kasubbag Tata Usaha, H. Mukmin, S.H.I., M.Sy., Sekretaris Kegiatan, Angga Madona, S.Kom., dan Try Juliansyah, S.E.

Dalam amanatnya,  Atika menyampaikan refleksi mendalam dari hasil evaluasi empat gelombang Latsar sebelumnya. Satu titik lemah yang mencuat sekaligus menjadi peluang besar adalah kemampuan public speaking para peserta.

"Hari ini kalian adalah CPNS. Tapi kelak, kalian akan berdiri sebagai pemimpin. Dan seorang pemimpin harus mampu menyampaikan gagasan dengan percaya diri, jernih, dan menyentuh hati publik,” ujarnya dengan nada yang membangkitkan kesadaran.

Sebagai bekal, Atika membagikan intisari dari buku favoritnya karya Dale Carnegie, Public Speaking for Success Today. Dari ratusan halaman, ia merangkum empat prinsip emas yang dikenal sebagai 4P:

1. Planning (Perencanaan)  
   Tanpa perencanaan, kita sedang merancang kegagalan. Kuasai materi, pilih poin penting dan sampaikan dengan terarah. Dalam seminar aktualisasi, waktu hanya 15 menit—jadikan setiap detik bermakna.

2. Prepare (Persiapan)  
   Susun materi dengan struktur yang kuat. Siapkan alat bantu visual yang mendukung. Presentasi bukan hanya kata-kata, tapi juga bagaimana kita membingkai pesan.

3. Procedure (Prosedur)  
   Pahami teknik komunikasi: penguasaan audiens, bahasa tubuh, dan keterlibatan emosional. Public speaking bukan sekadar bicara, tapi seni menyentuh pikiran dan perasaan.

4. Practice (Latihan)  
   Latihan adalah kunci. Bahkan pembina apel pun mengakui bahwa rasa gugup masih kerap datang. Tapi dengan latihan, kita belajar berdiri tegak, berbicara yakin, dan menyampaikan pesan dengan jiwa.

Apel pagi ini bukan sekadar rutinitas. Ia adalah panggung kecil tempat nilai-nilai besar ditanamkan. Di sinilah benih kepemimpinan disiram dengan motivasi, refleksi, dan harapan. Di sinila kalian belajar menjadi ASN bukan hanya soal administrasi, tetapi tentang menjadi jembatan antara rakyat dan keadilan, antara suara hati dan kebijakan.

Dan pagi itu, di bawah mentari Palembang yang hangat, 80 calon pemimpin belajar satu hal penting, bahwa suara mereka adalah cahaya, dan public speaking adalah lentera yang akan menuntun langkah mereka menuju masa depan.