ADA APA DENGAN MUSIBAH YANG DATANG SILIH BERGANTI
الْحَمْدُ لِلّٰهِ الْاَحَدِ الصَّمَدِ الَّذِيْ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ.
أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ اِلَّا اللّٰهُ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِالْإِتِّحَادِ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ دَعَانَا بِحُبِّ الْبِلَادِ.
الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى سَيِّدِنَا وَحَبِيْبِنَا وَشَفِيْعِنَا وَمَوْلَانَا مُحَمَّدٍ الَّذِيْ أَرْسَلَ لِلْعَالَمِيْنَ اِلَى يَوْمِ الْمَعَادِ. أَمَّا بَعْدُ: فَيَاأَيُّهَا الْمُؤْمِنُوْنَ, اِتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا
يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
Hadirin kaum muslimin wa zumratal mukminin,
Jama’ah Jum’at rahimakumullah.
Pada kesempatan ini saya selaku khatib berwasiat dan mengajak kepada hadirin sekalian serta mengingatkan kepada diri khatib pribadi, marilah kita senantiasa berusaha meningkatkan iman dan takwa kepada Allah Swt. dengan hidayah-Nya jualah kita masih mampu memenuhi panggilan Allah melaksanakan kewajiban kita beribadah pada hari jum’at.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurah ke haribaan alam suri tauladan kita semua dalam meniti kehidupan di dunia yang fana ini menuju kehidupan kekal abadi dan selama-lamanya, yaitu nabi Muhammad Saw. kepada keluarganya dan sahabat-sahabatnya serta kepada para pengikutnya yang senantiasa istiqamah dan mutaba’ah kepadanya hingga yaumil akhir kelak.
Maasyiral muslimin rahimakumullah.
Jamaah Shalat Jumat yang dimuliakan Allah,
Innalillahi wa Inna Ilaihi Raji’uun, sejak beberapa hari yang lalu tepatnya tanggal 6 Februari 2023, jantung kita kembali terhenyak dengan kabar bahwa Turki dan Suriah dilanda gemba dahsyat berkekuatan 7,8 magnitudo dan terdeteksi korban sampai hari ini sudah mencapai 21.000 jiwa, 17.674 korban di turki dan 3.377 di Suriah. Padahal duka kita sebagai anak bangsa belum hilang karena saudara kita di Cianjur pun beberapa bulan lalu dilanda gemba dan membawa korban yang tidak sedikit. Bahkan kemarin siang pukul 13.28 WIB kita juga mendengar bahwa di Jayapura Papua terjadi gemba berkekuatan 5,4 magnitudo dan membawa 4 oprang korban tewas. Kita hanya mampu mengucapkan Innalillahi wa Inna Ilaihi Raji’uun atas berbagai musibah yang terjadi baik di negara kita maupun di negara lain di dunia ini, semoga mereka yang menjadi korban nyawa mendapat predikat kematian syahid dan keluarga-keluarga yang tersisa dan terselamatkan mendapat anugerah kesabaran dan ketawakkalan dari Allah Swt. Amiin.
Kaum Muslimin rahimakumullah,
Jika dilihat mengunakan teknologi keilmuan sains modern dan dikolaborasikan dengan pemahaman keagamaan, maka bencana alam tersebut merupakan suatu fenomena alam yang terjadi akibat adanya ketidakseimbangan ekosistem yang ada di bumi ini, baik itu diakibatkan oleh alam ataupun yang diakibatkan oleh perilaku manusia. Akan tetapi jika kita melihat menggunakan kacamata keimanan, maka musibah tersebut merupakan suatu teguran yang Allah timpakan atas kelalaian, dosa dan maksiat yang mungkin saja sering dilakukan selama ini.
Yakinlah bahwa perihal itu semua, bahwa musibah-musibah yang sering terjadi merupakan suatu ketentuan yang telah ditetapkan oleh Allah Swt. Takdir yang harus kita imani dan tawakkal yang harus kita lakukan di dalam menghadapi musibah. Sebagaimana ditegaskan Allah dalam surat at-Taubah ayat 51
قُلْ لَنْ يُصِيبَنَا إِلَّا مَا كَتَبَ اللَّهُ لَنَا هُوَ مَوْلَانَا ۚ وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ (٥١)
Katakanlah: Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah untuk kami. Dialah pelindung kami, dan Hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal.
Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah,
Ada tiga pelajaran penting yang dapat diambil dari musibah-musibah tersebut. Yang pertama adalah dengan adanya musibah tersebut, Allah sedang menguji kualitas iman hamba-hamba-Nya, sebagaimana firman-Nya:
أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لا يُفْتَنُونَ (٢) وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ (٣)
Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: Kami Telah beriman, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan Sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, Maka Sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan Sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta. (Al-Ankabut: 2-3)
Dalam musibah ada pelajaran tentang keimanan yang dapat kita ambil. Bukankah dengan musibah tersebut kita jadi mengetahui bahwa kita adalah hamba yang lemah dan tidak memiliki kekutatan sedikitpun, kecuali hanya dari Allah semata.
Semakin tinggi pohon, maka semakin besar pula angin yang akan menerpanya. Dalam memberikan ujian kepada hamba-Nya, Allah selalu mempertimbangkan kadar iman yang ada pada hamba tersebut. Semakin baik imannya, semakin berat pula ujiannya. Dan perlu dipahami pula, bahwa Allah tidak pernah menguji seseorang di luar batas kemampuannya. Allah tidak akan menguji orang yang derajat dan kemampuannya rendah dengan ujian yang berat. Dan sebaliknya, Allah tak akan menguji orang yang derajatnya tinggi dengan ujian yang ringan. Mari kita simak ayat berikut:
لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا ۚ
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. (Al-Baqarah: 286)
Kemudian yang kedua, adalah bahwa Allah sedang menguji kesabaran kita, sebagaimana firman-Nya dalam surat al-Baqarah ayat 155-156:
وَلَنَبْلُوَنَّكُم بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ ۗ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ (١٥٥) الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلّٰهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ (١٥٦)
Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: Inna lillaahi wa innaa ilaihi raajiuun. (Sesungguhnya kami adalah milik Alâh dan kepada-Nya-lah kami kembali.)
Allah menimpakan musibah untuk untuk melatih kesabaran kita. Bukankah kita butuh kesabaran dalam segala hal? Kita tidak akan dapat teguh di atas Al-Haq kecuali dengan kesabaran dalam mentaati Allah, dan kita tidak akan mampu menjauhi kebatilan kecuali dengan cara sabar untuk tidak bermaksiat kepada Allah. Alangkah indahnya kesabaran itu, dan kesabaran adalah bekal yang dapat mengantarkan ke surga yang penuh dengan kenikmatan.
Allah mengaruniakan sifat sabar kepada manusia, tetapi tidak kepada makhluk-makhluk yang lain. Karena manusia mempunyai hawa nafsu, ia juga dianugerahi akal untuk mengendalikan hawa nafsu itu supaya jangan sampai merusak atau merugikan orang lain. Sedangkan hewan hanya diperlengkapi dengan hawa nafsu saja, tanpa mempunyai akal. Oleh sebab itu ia tidak mampu bersikap sabar. Malaikat juga tidak memerlukan sifat sabar, karena ia tidak memiliki hawa nafsu, itulah kelebihan manusia apabila dibandingkan dengan makhluk lainnya.
Sebagaimana firman Allah tersebut di atas, bahwa orang yang sabar akan mendapatkan kabar gembira dari Allah. Maksudnya adalah bahwa mereka akan mendapatkan pahala yang tak terhingga karena kesabarannya tersebut. Akan tetapi, pahala ini tidak akan dapat dicapai kecuali dengan kesabaran pada saat pertama kali mengalami kegoncangan pada saat tertimpa musibah.
Kemudian yang ketiga, adalah bahwa Allah ingin menguji sejauh mana kepedulian kita terhadap saudara-saudara kita yang tertimpa musibah. Rasulullah Saw. bersabda:
وَاللهُ فِـي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيهِ
Allah senantiasa menolong seorang hamba selama hamba tersebut menolong saudaranya.
Dari sabda Rasulullah Saw. tersebut, kita dapat mengambil i’tibar bahwa selama kita menolong saudara kita yang tengah mengalami kesulitan maka pasti Allah akan menolong kita. Kita dapat memberikan pertolongan kepada saudara-saudara kita yang terkena musibah baik berupa harta atau tenaga. Atau jika tidak bisa keduanya, kita dapat mendoakan mereka agar senantiasa diberikan kesabaran dan ketabahan dalam menghadapi ujian musibah tersebut.
Dengan terjadinya berbagai musibah yang bertubi-tubi ini, hendaknya kita senantiasa meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah Swt. agar kita dihindarkan dari musibah dan dicurahkan rahmat dari Allah, sebagaimana firmannya dalam surat al-A’raf ayat ke-96:
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَىٰ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَاتٍ مِّنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَٰكِن كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُم بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ (٩٦)
Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, Pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat kami) itu, Maka kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.
Kaum Muslimin rahimakumullah,
Musibah itu mengecil jika dirahasiakan, membesar jika dikeluhkesahkan, terurai jika diadukan kepada Allah, merumit jika diumbar kepada manusia. Oleh sebab itu ambilah hikmahnya. Jadikan musibah membuat kita makin dewasa dalam diri, makin menanjak dan tinggi pada tingkatan derajat dan semakin mulia di sisi Tuhan. Hadapilah nikmat dengan syukur dan terimalah musibah dengan rasa sabar. Jika kebahagiaan membuat kamu tersenyum, maka jadikanlah musibah membuat kamu menangis agar bisa tersenyum dengan lebih lebar di kemudian hari.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ هَذَا الْيَوْمِ الْكَرِيْمِ،
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ
Khutbah kedua:
اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا.
أَشْهَدُ أَنْ لَّا إلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
أَمَّا بَعْدُ ... فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ، وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا.
اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ،
اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ عِبَادَ اللهِ،
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ.
فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ