MEMAKNAI KEMULIAAN RAMADHAN
  • 7 April 2022
  • 28258x Dilihat
  • Berita

MEMAKNAI KEMULIAAN RAMADHAN

اَلْحَمْدُ ِللّٰهِ جَعَلَ رَمَضَانَ شَهْرًا مُبَارَكًا، وَفَرَضَ عَلَيْنَا الصِّيَامَ لِأَجْلِ التَّقْوٰى. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ . اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مَحَمَّدٍ الْمُجْتَبٰى، وَعَلٰى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَهْلِ التُّقٰى وَالْوَفٰى. أَمَّا بَعْدُ، فَيَاأَيُّهَا الْمُسْلِمُوْن، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ فَقَدْ فَازَ مَنِ اتَّقَى. فَقَالَ اللهُ تَعَالٰى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ. يَاۤأَيُّهَا الَّذِيْنَ ءٰمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ

Hadirin jama’ah Jum’at rahimakumullah 

       Al-hamdulillah kita panjatkan puji dan syukur ke-Hadirat Allah Swt yang telah mengabulkan doa yang sering kita panjatkan sejak bulan Rajab :

اَللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِى رَجَبَ وَ شَعْبَانَ وَ بَلِغْنَا رَمَضَانَ

Ya Allah berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban, serta pertemukanlah kami (sampaikanlah umur kami) dengan bulan Ramadhan.

       Dengan Qudrat dan Iradat-Nya, kita sedang beraktivitas pada hari jum’at pertama di bulan suci Ramadhan 1443 H. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada nabi akhir zaman Muhammad Saw., beserta keluarganya dan para sahabatnya yang setia dan ta’at mengikuti sunnahnya hingga yaumil akhir nanti. 

       Saya selaku khatib pada kesempatan ini mengajak kepada hadirin sekalian, marilah kita senantiasa meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah Swt dengan sebenar-benarnya takwa, melaksanakan segala perintah-Nya dan meninggalkan segala bentuk larangan-Nya.

       Hadirin kaum musimin rahimakumullah,

       Pada setiap kesempatan Rasulullah Saw., berkhutbah pada bulan Ramadhan, Beliau senantiasa menyampaikan bahwa bulan Ramadhan adalah bulan penuh keberkahan (Syahrul Mubarak) dan bulan penuh kemuliaan, sebagaimana dalam salah satu sabdanya :

رَمَضَانُ شَهْرُ اللهِ وَفَضْلُهُ عَلَى سَائِرِ الشُهُوْرِ كَفَضْلِ اللهِ عَلَى خَلْقِهِ

 

Ramadhan adalah bulan Allah. Keutamaannya dibanding bulan-bulan lain adalah bagaikan keutamaan Allah dibanding dengan makhluk-makhluk-Nya.

       Begitu tinggi kemuliaan bulan suci Ramadhan dibanding dengan bulan-bulan lainnya laksana kemuliaan Allah dengan seluruh makhluk-Nya. Bahkan dalam hadits yang lain Beliau menegasklan pula bahwa senadainya umatku tahu tentang keutamaan-keutamaan yang ada pada bulan Ramadhan, pasti umatku akan berharap bahwa semua bulan dalam setahun adalah bulan ramadhan seluruhnya.

وَقَدْ دَنَا شَهْرُ رَمَضَانَ لَوْ يَعْلَمُ الْعِبَادُ مَا فِيْ رَمَضَانَ لَتَمَنَّتْ اُمَّتِي اَنْ يَكُوْنَ سَنَةً

Ramadhan telah tiba, seandainya para hamba Allah mengetahui terhadap apa-apa yang ada dalam Ramadhan, maka umatku pasti berharap agar bulan ini tetap ada selama setahun penuh.

       Kaum muslimin rahimakumullah,

       Membahas tentang kemuliaan Ramadhan, tentu tak akan lepas dari kemuliaan ibadah fardhu di dalamnya, yakni pelaksanaan ibadah puasa. Ibadah puasa ini merupakan pelaksanaan dari salah satu rukun Islam. Puasa diwajibkan pada orang-orang yang beriman dan telah memenuhi syatrat wajibnya. Ibadah puasa ini merupakan ibadah yang sangat mulia dikarenakan ibadah satu-satunya yang bebas dari interpensi siapapun dari makhluk Allah di muka bumi. Begitu juga bahwa ibadah puasa ini sangat rahasia, sehingga kerahasiaanya hanya diketahui oleh si pelaku dan Allah saja. Pahala orang berpuasa akan diperoleh langsung bagi si pelaku tanpa dijelaskan berapa kali lipat ganjaran pahalanya, akan tetapi cukup ditegaskan oleh Allah dalam hadits Qudsi :

 

فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ

Sesungguhnya puasa itu untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya.

       Disebutkan pula bahwa puasa itu adalah perisai, maksudnya adalah perisai dari godaan hawa nafsu yang menggiring kepada batalnya puasa seperti makan, minum dan syahwat. Dengan berpuasa kita akan mendapat dua kebahagiaan, yakni bahagia pada saat berbuka puasa (Idul Fitri) dan kebahagaiaan yang kedua pada saat bertemu dengan Tuhannya pada hari kiamat.

       Kemuliaan bulan Ramadhan yang lainnya adalah, bahwa orang-orang yang melakukan ibadah puasa, dijamin akan mendapat ampunan dari Allah Swt sebagaimana sabdanya: 

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ اِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ 

       Barang siapa yang berpuasa Ramadhan dengan penuh keimanan dan penuh perhitungan (harap), maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. 

       Kaum muslimin jama’ah Jum’at rahimakumullah,

       Dari kedua hadits tentang kemuliaan Ramadhan, dan bagi yang melaksanakan ibadah di dalamnya akan mendapatkan keutamaan dari kemuliaan puasa tersebut, dengan syarat harus melakukan :

       Pertama, dilakukan dalam keadaan beriman kepada Allah Swt. 

       Ketahuilah oleh kita semua, bahwa kalimat iman dalam kontek hadits tersebut adalah meyakini dan membenarkan bahwa janji Allah kepada orang yang melakukan ibadah puasa akan mendapatkan pahala dan ganjaran berlipat ganda, adalah benar adanya.  

       Kedua, Ihtisab. 

       Ihtisab dalam pemahaman hadits tersebut adalah dengan penuh perhitungan dan kehati-hatian (ihtiyat) dalam menjalankannya serta dilaksanakan dengan penuh harap akan adanya kebaikan-kebaiakan dari Allah Swt. Misalnya ia berhati-hati apabila sedang berpuasa, takut menggunjing kekurangan dan kesalahan orang lain. Perilaku orang yang berpuasa memiliki rasa takut karena berkurangnya nilai pahala, maka ihtisab disini mengandung pengertian juga bahwa orang yang berpuasa tidak mau berbohong, ia selalu menjaga lidah dari ghibah, fitnah, namimah (adu domba), serta menjaga anggota badan dari melakukan maksiat. 

       Menghindarkan diri dari perbuatan hasad, iri, dan dengki terhadap sesama. Sehingga apabila semua perbuatan tersebut sudah tercermin, maka ia akan mendapatkan kemuliaan tersebut dan dibebaskannya dari dosa-dosa. Akan tetapi, seandainya ada seseorang melakukan puasa namun perbuatan-perbuatan maksiat tersebut dilakukannya juga, maka ia termasuk kategori orang yang sia-sia, sebagaimana sabda Rasulullah Saw:

كَمْ مِنْ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ اِلَّا الْجُوْعُ وَالْعَطَش

        Betapa banyak orang yang berpuasa tapi tidak mendapat secuil apapun dari puasanya kecuali hanya lapar dan dahaga. 

       Hadirin Jama’ah Jum’at rahimakumullah

       Dengan telah datangnya bulan suci Ramadhan ini, maka manfaatkanlah dan jadikanlah bahwa Ramadhan kali ini seolah-olah Ramdhan terakhir bagi kita, yang selanjutnya kita akan menghadap Allah Rabbul ‘Alamin. Dengan demikian, kita akan memanfaatkan kedatangan bulan Ramadhan ini sebaik-baikanya. jangan sampai Ramdhan berlalu tapi kita tidak menadapatkan kebaikan di dalamnya. Rugi besar orang yang berjumpa dengan Ramadhan tapi tidak mau beribadah dan meningkatklan amal shaleh : 

من حُرِم خيرها فقدحرم

       Barang siapa yang tidak mendapatkan kebaikannya, sungguh ia tidak mendapatkan kebaikan, (lepas dan sia-sia)

       Kaum muslimin jama’ah Jum’at rahimakumullah

       Sejatinya puasa itu bukan hanya menahan diri dari perkara yang membatalkan puasa seperti halnya makan dan minum saja, akan tetapi hakikat puasa itu menghindari perkara yang sia-sia dan tidak berguna, sebagaimana sabda Rasulullah Saw: 

لَيْسَ الصِّيَامُ مِنَ الْأَكْلِ وَالشُّرْبِ، إِنَّمَا الصِّيَامُ مِنَ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ

       Bukanlah hakikat puasa itu menahan dari makan dan minum saja. Akan tetapi hakikat puasa meninggalkan perkara yang sia-sia dan ucapan yang tidak baik (HR. Ibnu Khuzaimah)

       Berdasarkan keterangan-keterangan, baik dari al-Qur’an maupun al-Hadits tentang keutamaan dan kemuliaan Ramadhan, dengan semangat rohani yang mumpuni, mari kita isi bulan suci Ramadhan ini dengan amal ibadah, baik yang fardhu maupun yang sunnah dengan penuh kekhusukan dan memaksimalkan amaliah di dalamnya. Semoga kita dapat menggapai ridha dan syurga-Nya. Dijauhkan dari sifat dan perilaku maksiat yang dapat mengurangi bahkan menghilangkan pahala puasa, dan mendapatkan tujuan akhir dari puasa, yakni meraih predikat manusia bertaKwa.  

Amin ya Rabbal Alamiin.

 

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ مَا تَسْمَعُوْنَ وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ اْلغَفُوْرُ الرَّحِيم