MENTADABBURI  PERISTIWA PENTING DI BULAN DZULQA’DAH  (Menyambut Bulan Dzulhijjah)
  • Yeni Lesmana Dewi
  • 9 Juni 2023
  • 5248x Dilihat
  • Berita

MENTADABBURI PERISTIWA PENTING DI BULAN DZULQA’DAH (Menyambut Bulan Dzulhijjah)

 إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا 

وَمِن سَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ ، 

أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، 

اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ ، قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ، أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، 

يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ، 

وَقَالَ: مَنْ عَمِلَ صالِحاً مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَياةً طَيِّبَةً 

وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ ما كانُوا يَعْمَلُونَ

       Hadirin kaum muslimin jamaah Jumat rahimakumullah,     

       Pada waktu yang insya Allah penuh berkah ini, saya selaku khatib mengajak kepada hadirin sekalian, marilah kita berusaha untuk meningkatkan kualitas iman dan takwa kepada Allah Swt. dan selalu bersyukur atas segala limpahan nikmat dan karunia yang telah dianugerahkan kepada kita.

        Pada kesempatan ini juga saya mengajak kepada hadirin sekalian, marilah kita membiasakan shalawat kepada Nabi Muhammad Saw. Kita yakin dan harus haqqul yakin, apabila kita membiasakan membaca shalawat kepada beliau, insya Allah dengan Qudrat dan Iradat-Nya, kita akan mendapat syafa’at dari Nabi Muhammad Saw.  

       Jamaah Jum’at rahimakumullah, 

       Saat ini pula saya mengajak kepada hadirin sekalian untuk kembali merenungkan sejarah penting yang terjadi pada bulan Dzulqa’dah, lalu kita ambil hikmah dan pelajarannya untuk kita jadikan uswah dan penyemangat ibadah dengan memanfaatkan momen-momen bersejarah tersebut. 

       Kaum muslimin rahimakumullah,

       Sekarang kita sedang beribadah pada hari um’at ketiga di bulan Dzulqa’dah, bulan ke-11 dalam penanggalan Hijriyah. Perlu diketahui dan diingat kembali bahwa bulan Dzulqa’dah ini termasuk salah satu bulan dari empat bulan yang dimuliakan oleh Allah, sebagaimana ditegaskan Allah:

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ

       Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya terdapat empat bulan haram (mulia). Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu (At-Taubah: 36)

        Kaum muslimin rahimakumullah,

       Tentu kita ingin mengetahui peristiwa apa yang patut kita ambil hikmah dan pembelajarannnya terkait dengan ditetapkannya bulan Dzulqa’dah dikategorikan salah satu bulan mulia oleh Allah Swt. Oleh sebab itu setidak-tidaknya ada beberapa peristiwa yang dapat kita cermati untuk diambil hikmahnya oleh kita.

       Pertama, terjadinya Perjanjian Hudaibiyah. Perjanjian Hudaibiyah ini terjadi pada tahun keenam setelah Rasulullah Saw., hijrah ke kota Madinah. Perjanjian Hudaibiyah adalah perjanjian antara kaum muslimin yang diketuai oleh Rasulullah langsung, dengan kaum Quraisy yang berada di kota Makkah. Saat itu Rasulullah bersama dengan para sahabat (jamaah haji), dilarang memasuki kota Makkah.

       Pada salah satu poin perjanjian Hudaibiyah tersebut, pihak Quraisy sepakat untuk tidak berperang dengan kaum muslimin selama 10 tahun. Setelah disepakati, Rasulullah pulang ke Madinah walaupun ada sebagian sahabat yang tidak setuju dengan perjanjian Hudaibiyah tersebut. 

       Selanjutnya, berselang dua tahun kemudian pihak Quraisy menghianati perjanjian tersebut, yakni mereka dengan melakukan pembunuhan terhadap kaum muslimin. Saat informasi telah sampai kepada Rasulullah tentang pelanggaran perjanjian Hudaibiyah, Rasulullah menyiapkan pasukan untuk berangkat ke Mekah, sebagai tindakan tegas terhadap pelanggaran perjanjian tersebut. Kedatangan Rasulullah di Makkah ini menjadi awal terbebasnya Makkah dari cengkraman kekuasaan kaum Quraisy, dan peristiwa ini menjadi terkenal dengan peristiwa Fathu Makkah.

       Kaum muslimin rahimakumullah,

       Peristiwa kedua, adalah pelaksanaan haji wada (haji perpisahan), karena setelah pelaksanaan haji wada Rasulullah tidak lagi melaksanakan ibadah haji karena beliau wafat beberapa bulan setelahnya. Rasulullah Saw. dengan para sahabatnya melaksanakan ibadah haji ini dimulai perjalannya dari Madinah menuju Makkah sejak bulan Dzulqa’dah, sampai beliau melaksanakan puncak ibadah haji pada tanggal 9 Dzulhijjah tahun ke-10 Hijriyah dengan melakukan wukuf di Arafah. Perlu diingat oleh seluruh kaum muslimin, bahwa dalam pelaksanaan haji wada ini, tepatnya pada tahun ke-10 Hijriyah tanggal 9 Dzulhijjah Rasulullah wukuf dengan melaksanakan shalat dzuhur dan Ashar dengan cara jamak taqdhim, kemudian khutbah wukuf yang disampaikan Rasulullah saw ini juga dikenal dengan khutbatul wada. Dalam khutbah tersebut Rasulullah Saw. menyampaikan pesan-pesan rohani yang luar biasa, yakni agar kaum muslimin berpegang teguh kepada al-Qur’an dan Sunnah Rasul-Nya.

       Selanjutnya yang ketiga, terdapat pula riwayat yang menyebutkan bahwa pada bulan Dzulqa’dah sahabat dekat Rasulullah Saw. Abu Bakar Ash-Shiddiq wafat. Abu Bakar Ash-Shiddiq ini adalah sahabat istimewa beliau, karena Abu Bakar termasuk golongan Assabiquunal awwaluun (golongan yang pertama masuk Islam). Abu Bakar sosok yang menemani perjalanan beliau hijrah dari Makkah ke Madinah. Abu Bakar lah yang menemani beliau di dalam gua Tsur, juga Abu Bakar pula yang sering menjadi imam pengganti pada saat Rasulullah Saw., sedang tidak ada di tempat. Abu Bakar ash-Shiddiq wafat pada tanggal 22 Dzulqa’dah, tiga tahun setelah Rasulullah wafat.

       Kaum muslimin rahimakumullah,

       Selanjutnya yang keempat, bahwa ditemukan keterangan dengan menelusuri sejarah, Rasulullah Saw., selama hidupnya pernah melaksanakan ibadah umrah sebanyak empat (4) kali, dan pelaksanaannya dilaksanakannya pada bulan Dzulqa’dah. Sebagaimana dijelaskan dalam hadits riwayat Imam Bukhari dari Anas bin Malik Ra:

اعْتَمَرَ رَسُولُ اللهِ صلعم أَرْبَعَ عُمَرٍ، كُلَّهُنَّ فِي ذِي القَعْدَةِ، إِلَّا الَّتِي كَانَتْ مَعَ حَجَّتِهِ، عُمْرَةً مِنَ الحُدَيْبِيَةِ فِي ذِي القَعْدَةِ، وَعُمْرَةً مِنَ العَامِ المُقْبِلِ فِي ذِي القَعْدَةِ، وَعُمْرَةً مِنَ الجِعْرَانَةِ، حَيْثُ قَسَمَ غَنَائِمَ حُنَيْنٍ فِي  ذِي القَعْدَةِ، وَعُمْرَةً مَعَ حَجَّتِهِ 

       Rasulullah Saw. berumrah sebanyak empat kali, semuanya pada bulan Dzulqa’dah kecuali umrah yang dilaksanakan bersama haji beliau, yaitu satu umrah dari Hudaibiyah, satu umrah pada tahun berikutnya, satu umrah dari Ji’ranah ketika membagikan rampasan perang Hunain dan satu lagi umrah bersama haji.  

       Kaum muslimin rahimakumullah,

       Berikutnya yang kelima, tercatat pula bahwa bulan Dzulqa’dah, adalah bulan saat paman beliau yang bernama Abu Thalib wafat. Abu Thalib adalah pelindung dan tameng dakwah Rasulullah Saw.

      Melihat sejarah-sejarah penting banyak terjadi pada bulan Dzulqa’dah, begitu juga wafatnya sahabat Rasulullah, banyak wafat pada bulan Dzulqa’dah, dapat kita ambil hikmah dan pembelajarannya, setidaknya kita berniat untuk mentadabburi dan merefleksikannya dalam kehidupan sehari-hari.

       Lalu yang terakhir, bahwa keistimewaan bulan Dzulqa’dah selama sebulan penuh (30 malam) dan ditambah sepuluh hari pada awal bulan Dzulhijjah, sehingga genap menjadi 40 malam, adalah bulan yang disebutkan Allah dalam al-Qur’an surat al-A’raf ayat 142:

وَوَاعَدْنَا مُوسَى ثَلَاثِينَ لَيْلَةً وَأَتْمَمْنَاهَا بِعَشْرٍ فَتَمَّ مِيقَاتُ رَبِّهِ أَرْبَعِينَ لَيْلَةً، وَقَالَ مُوسَى لِأَخِيهِ هَارُونَ اخْلُفْنِي فِي قَوْمِي وَأَصْلِحْ وَلَا تَتَّبِعْ سَبِيلَ الْمُفْسِدِينَ   

       Dan Kami telah menjanjikan kepada Musa untuk memberikan kepadanya kitab Taurat setelah berlalu tiga puluh malam (bulan Dzulqadah), dan Kami sempurnakan jumlah malam itu dengan sepuluh malam lagi (sepuluh malam pertama bulan Dzulhijjah), maka sempurnalah waktu yang telah ditentukan Tuhannya menjadi empat puluh malam. Dan Musa berkata kepada saudaranya (Harun). Gantikanlah aku dalam memimpin kaumku, dan perbaikilah dirimu dan kaummu, dan janganlah engkau mengikuti jalan orang-orang yang berbuat kerusakan.  

       Kaum muslimin rahimakumullah,

       Ambil dan manfaatkanlah momen keistimewaan bulan Dzulqa’dah ini untuk meningkatkan dan menambah pundi-pundi amal shaleh. Ingatlah wahai kaum muslimin, bahwa waktu tidak akan pernah kembali, jangan pernah menyia-nyiakan waktu dan kesempatan, apalagi waktu istimewa dan hari penting. 

      Begitu pentingnya waktu, Allah bersumpah dengan waktu sebagaimana termaktub dalam al-Qur’an surat al-‘Ashr, bahwa hanya orang-orang rugi, yang menyia-nyiakan waktu. Semoga kita menjadi orang beruntung karena pandai memanfaatkan waktu dan kesempatan yang istimewa.           

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ مَا تَسْمَعُوْنَ وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ اْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ