Kepemimpinan Dalam Perpektif Islam
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ،اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ كَانَ بِعِبَادِهِ خَبِيْرًا بَصِيْرًا، تَبَارَكَ الَّذِيْ جَعَلَ فِي السَّمَاءِ بُرُوْجًا وَجَعَلَ فِيْهَا سِرَاجًا وَقَمَرًا مُنِيْرًا. أَشْهَدُ اَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وأَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وُرَسُولُهُ الَّذِيْ بَعَثَهُ بِالْحَقِّ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا، وَدَاعِيًا إِلَى الْحَقِّ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجًا مُنِيْرًا
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ اْلفَاتِحِ لِمَا اُغْلِقَ وَالْخَاتِمِ لِمَا سَبَقَ نَاصِرِ الْحَقِّ بِالْحَقِّ وَالْهَادِى اِلَى صِرَاطِكَ الْمُسْتَقِيْمَ وَعَلَي اَلِهِ حَقَّ قَدْرِهِ وَمِقْدَارِهِ الْعَظِيم وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا أَمَا بَعْدُ؛
فَيَااَيُّهَا اْلإِخْوَانُ، أَوْصِيْكُمْ وَ نَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ، قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْاَنِ الْكَرِيْمِ: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَانِ الرَّحِيْمِ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا وقال تعالى يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. صَدَقَ اللهُ العَظِيْمِ
Hadirin jamaah Jum’at rahimakumullah
Puji dan syukur kita persembahkan kepada Allah, shalawat dalam salam kepada Rasulullah Saw., keluarga, sahabat dan pengikutnya, wasiat takwa untuk menjalankan semua perintah Allah kami anjurkan kepada hadirin sekalian.
Jamaah sekalian. Kepemimpinan dalam pandangan Islam merupakan sebuah kajian ilmu dan seni, tentang bagaimana menjadi pemimpin yang baik. Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang bagaimana cara mempengaruhi seseorang atau kelompok lain untuk mencapai tujuannya. Proses mempengaruhi tersebut dilakukan dengan cara mengolah kalimat dan kata-kata, lalu memberikan contoh teladan terhadap yang dipimpinnya melalui nasihat-nasihat dan kebijakannya.
Rasulullah Saw., bersabda dalam riwayat Imam Bukhari dari Ibnu Umar Ra:
كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
Setiap dari kalian adalah pemimpin dan tiap tiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban
Dalam memaknai sabda Rasuulullah Saw., tersebut, jelas bahwa setiap personal kita adalah pemimpin, dan pasti setiap kita akan dimintai pertanggungjawabannya. Begitu juga dalam struktur kemasyarakatan, terdapat pemimpin dan kepemimpinan formal, dimulai tingkat RT sampai pemimpin tertinggi. Mereka semua adalah pemimpin dan tentu harus mempunyai jiwa kepimpinan.
Tipologi pemimpin yang mempunyai jiwa kepemimpinan adalah dapat kita perhatikan dalam beberapa hal pokok:
Pertama, seorang pemimpin harus memiliki kesamaan antara ucapan dan perbuatannya, kesamaan antara nasihat dan kebijakan-kebijakannya. Allah sangat tidak menyukai kepada tipologi manusia yang suka berbicara namun tidak ada hasil kerja dari yang diucapkannya, sebagaimana ditegaskan dalam al-Qur’an surat ash-Shaff ayat ke-61:
كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ
Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.
Lalu yang kedua, Ia mampu menepati janji.
Ketahuilah oleh kita sekalian bahwa karakter kepemimpinan senantiasa menepati janji ini merupakan perwujudan iman yang kuat dan budi pekerti yang agung, dan sikap yang luhur dan terpuji, sehingga dapat melahirkan kepercayaan dan penghormatan Masyarakat kepadanya. Namun, sebaliknya perbuatan menyalahi dan menginkari janji merupakan perwujudan iman yang lemah, perangai yang jelek dan sikap yang tidak memiliki nilai-nilai universal kemanusiaan. Dengan sipat yang bertolak belakang ini akan melahirkan saling curiga mencurigai, melahirkan dendam terhadap sesama anggota masyarakat.
Kepemimpinan dalam Islam harus mampu mencontoh kepemimpinan yang pernah ditampilkan oleh Rasulullah Saw., beliau berhasil menampilkan dan menerapkan manajemen kepemimpinan yang paripurna. Beliau menerapkankan dan mengedepankan teori kepemimpinan dengan berdasar kepada nilai-nilai shiddiq, tabligh, amanah dan fathanah.
Allah berfirman dalam surat al-Anfal ayat ke-8:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَخُونُوا اللَّهَ وَالرَّسُولَ وَتَخُونُوا أَمَانَاتِكُمْ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.
Apabila nilai amanah ini tidak direalisasikan, maka akan berdampak buruk terhadap tananan kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Sehingga Rasulullah Saw., menekankan dalam petikan khutbah pada setiap khutbahnya dengan kalimat:
لَا إِيْمَانَ لِمَنْ لَا أَمَانَةَ لَهُ، وَلَا دِيْنَ لِمَنْ لَا عَهْدَ لَهْ
Tidak beriman orang yang tidak dapat menjaga amanah dan tidak beragama orang yang tidak menepati janji. (HR. Ahmad)
Kaum muslimin rahimakumullah,
Pandangan Islam selanjutnya, dalam usaha melahirkan pemimpin berkarakter kepemimpunan yang ideal adalah harus memenuhi unsur-unsur pokok yakni karakter dasar, yang terdiri dari mementingkan kepentingan orang lain (tidak egois), jujur dan disiplin. Kemudian karakter unggul dalam kepemimpinan, yakni ikhlas, sabar mampu merealisasikan nilai-nilai kesyukuran, bertanggungjawab, rela berkorban, mampu memperbaiki diri dan bersungguh-sungguh.
Kaum muslimin rahimakumullah,
Bagi seseorang diantara kaum muslimin yang mendapat amanah kemepimpinan formal, maka khatib mengamanahkan hendaknya pemimpin itu menyempurnakan keilmuannya, berani mengambil risiko dan mampu mengambil ibrah dari keberhasilan serta kegagalan para pemimpin terdahulu.
Pemimpin dan kepemimpinan harus terjadi sinkronisasi karena pemimpin harus memiliki kemampuan dalam memenej dan membangun kerjasama dengan semua stake holder dan semua unsur lapisan masyarakat. Sedangkan kepempimpinan adalah sifat sifat dari sang pemimpin itu sendiri, yakni mampu memadukan seni dalam memimpin dan membimbing serta menuntun masyarakat dalam mencapai tujuan tertentu.
Kaum muslimin rahimakumullah,
Sedikit kita mengambil ibrah, pelajaran tentang karakteristik kemimpinan dalam perspektif Islam dari kisah Amirul Mukminin Umar ibnu Khattab Ra. Beliau memiliki kebiasaan untuk berkeliling, ronda malam memperhatikan dan mencari warganya yang miskin dan tidak mampu mencari makanan. Hingga akhirnya, beliau menemukan sebuah gubuk, rumah yang sangat tidak layak untuk ditempati yang di dalamnya ada seorang perempuan janda sedang memasak dan anaknya yang sedang manangis.
Perempuan janda ini tidak tahu bahwa yang datang ke rumahnya adalah Khalifah Umar. Mengapa anakmu menangis wahai ibu? tanya Umar. Si mpunya rumah menjawab: Seharian dia belum makan, dan kini sedang menunggu masakan yang sedang aku masak, jawab perempuan itu. Lalu Umar melihat gerangan apa yang sedang dimasak oleh si ibu tadi, dan betapa terkejutnya beliau, karena yang dimasaknya adalah kerikil. Perempuan janda ini memasak batu karena tidak ada bahan makanan yang bisa dimasak, lantas untuk menghibur anaknya, ia memasak batu agar anaknya tertidur.
Dengan nada sinis, perempuan ini berkata: Sungguh aku menyesal memiliki pemimpin seperti Umar yang tidak peduli terhadap kesusahan warganya. Umar bin khattab sangat terkejut mendengar ucapan itu, lalu ia pergi ke lumbung pangan dan mengambil gandum dan dipikul sendiri diantarkan ke rumah perempuan tadi.
Kaum muslimin rahimakumullah,
Ada satu kalimat yang perlu kita angkat dipenghujung khutbah ini, yakni mengapa Umar bersusah payah mengangkat gandum sendiri dan bahkan ikut membantu memasak Bersama si perempaun janda itu? Jawabannya adalah bahwa Umar sangat sadar bahwa dosa pemimpin yang tidak adil itu sangatlah besar dan dialah yang akan menanggungnya. Begitu pun sebaliknya, pemimpin yang adil justeru akan menjadi golongan pertama yang bakal mendapatkan jaminan perlindungan dari Allah Swt.
سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمْ اللهُ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ الْإِمَامُ الْعَادِلُ
Ada tujuh golongan yang akan mendapatkan naungan Allah di hari kiamat saat tidak ada naungan kecuali dari Allah, di antaranya yang pertama akan diberikan kepada imam atau pemimpin yang adil… (HR. al-Bukhari)
Semoga akan lahir pemimpin-pemimpin yang adil. Aamiin
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِى الْقُرْأَنِ الْكَرِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَاِيَّاكَمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلاَايَاتِ وَالِّذِكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ